SOLOPOS.COM - Ilustrasi gizi buruk (JIBI/Solopos/Dok.)

Gizi buruk Sukoharjo, ada penambahan jumlah anak balita penderita gizi buruk.

Solopos.com, SUKOHARJO–Jumlah anak bawah lima tahun (balita) kategori gizi buruk bertambah tujuh anak dari 13 anak menjadi 20 anak. Para anak balita penyandang gizi buruk dipantau perkembangan tubuhnya dan menerima bantuan asupan gizi selama tiga bulan oleh instansi terkait.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Kepala Seksi (Kasi) Gizi Bidang Promosi Kesehatan, Kemitraan dan Gizi DKK Sukoharjo, Kristien Andriani, mengatakan jumlah anak balita penyandang kategori gizi buruk selama 2015 sebanyak 13 orang. Mereka tersebar di 12 kecamatan di Sukoharjo. Para kader kesehatan berupaya menemukan anak kekurangan gizi lainnya mulai awal Januari hingga April. Hasilnya, kader kesehatan menemukan tujuh anak yang menderita gizi buruk.

“Ada beberapa anak balita kategori gizi buruk merupakan warga luar Sukoharjo. Kader kesehatan tetap berupaya menemukan anak balita yang menderita gizi buruk di wilayahnya masing-masing,” kata dia, saat ditemui wartawan di kantornya, Senin (2/5/2016).

Petugas kesehatan selalu melacak penyebab anak balita yang menderita gizi buruk. Hal itu dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab utama kasus gizi buruk. Tentu saja, para anak kategori gizi buruk mendapat perhatian serius dari instansi terkait. Mereka harus menjalani terapi feeding center selama tiga bulan berturut-turut.

Para anak balita penderita gizi buruk mendapatkan asupan gizi berupa susu, gula pasir dan minyak goreng yang wajib dkonsumsi setiap hari. “Kondisi anak penderita gizi buruk bakal dipantau oleh puskesmas setempat setiap pekan. Berat badan dan tinggi badannya selalu diukur saat diperiksa petugas puskesmas,” ujar dia.

Perempuan yang akrab disapa Anik ini menjelaskan ada beberapa penyebab utama anak balita menderita gizi buruk. Selain minimnya asupan gizi, anak balita itu menderita penyakit penyerta seperti jantung dan tubercolosis (TBC).
Tak hanya itu, lingkungan tempat tinggal sangat memengaruhi perkembangan bayi yang baru dilahirkan hingga berumur lima tahun.

“Jadi masyarakat harus menerapkan pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di lingkungan rumah. Lingkungan yang kumuh dan kotor bisa memengaruhi munculnya anak balita penderita gizi buruk,” papar dia.

Lebih jauh, Anik menambahkan para orang tua harus membawa anak balitanya ke pos pelayanan terpadu (Posyandu) untuk mengetahui perkembangan anak mulai dari asupan gizi hingga berat badan. Tak sedikit orang tua malas membawa anaknya ke Posyandu lantaran berbagai alasan seperti bekerja atau ditinggal merantau ke luar Sukoharjo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya