Soloraya
Senin, 2 Mei 2016 - 20:15 WIB

GIZI BURUK SUKOHARJO : Anak Balita Gizi Buruk Bertambah 7 Anak, Ini Penyebabnya

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi gizi buruk (JIBI/Solopos/Dok.)

Gizi buruk Sukoharjo, ada penambahan jumlah anak balita penderita gizi buruk.

Solopos.com, SUKOHARJO–Jumlah anak bawah lima tahun (balita) kategori gizi buruk bertambah tujuh anak dari 13 anak menjadi 20 anak. Para anak balita penyandang gizi buruk dipantau perkembangan tubuhnya dan menerima bantuan asupan gizi selama tiga bulan oleh instansi terkait.

Advertisement

Kepala Seksi (Kasi) Gizi Bidang Promosi Kesehatan, Kemitraan dan Gizi DKK Sukoharjo, Kristien Andriani, mengatakan jumlah anak balita penyandang kategori gizi buruk selama 2015 sebanyak 13 orang. Mereka tersebar di 12 kecamatan di Sukoharjo. Para kader kesehatan berupaya menemukan anak kekurangan gizi lainnya mulai awal Januari hingga April. Hasilnya, kader kesehatan menemukan tujuh anak yang menderita gizi buruk.

“Ada beberapa anak balita kategori gizi buruk merupakan warga luar Sukoharjo. Kader kesehatan tetap berupaya menemukan anak balita yang menderita gizi buruk di wilayahnya masing-masing,” kata dia, saat ditemui wartawan di kantornya, Senin (2/5/2016).

Petugas kesehatan selalu melacak penyebab anak balita yang menderita gizi buruk. Hal itu dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab utama kasus gizi buruk. Tentu saja, para anak kategori gizi buruk mendapat perhatian serius dari instansi terkait. Mereka harus menjalani terapi feeding center selama tiga bulan berturut-turut.

Advertisement

Para anak balita penderita gizi buruk mendapatkan asupan gizi berupa susu, gula pasir dan minyak goreng yang wajib dkonsumsi setiap hari. “Kondisi anak penderita gizi buruk bakal dipantau oleh puskesmas setempat setiap pekan. Berat badan dan tinggi badannya selalu diukur saat diperiksa petugas puskesmas,” ujar dia.

Perempuan yang akrab disapa Anik ini menjelaskan ada beberapa penyebab utama anak balita menderita gizi buruk. Selain minimnya asupan gizi, anak balita itu menderita penyakit penyerta seperti jantung dan tubercolosis (TBC).
Tak hanya itu, lingkungan tempat tinggal sangat memengaruhi perkembangan bayi yang baru dilahirkan hingga berumur lima tahun.

“Jadi masyarakat harus menerapkan pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di lingkungan rumah. Lingkungan yang kumuh dan kotor bisa memengaruhi munculnya anak balita penderita gizi buruk,” papar dia.

Advertisement

Lebih jauh, Anik menambahkan para orang tua harus membawa anak balitanya ke pos pelayanan terpadu (Posyandu) untuk mengetahui perkembangan anak mulai dari asupan gizi hingga berat badan. Tak sedikit orang tua malas membawa anaknya ke Posyandu lantaran berbagai alasan seperti bekerja atau ditinggal merantau ke luar Sukoharjo.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif