SOLOPOS.COM - GAMELAN LAPIS EMAS-Pekerja melelehkan logam saat pembuatan gong di Wirun, Mojolaban, Sukoharjo, Sabtu (2/6). Gong dengan diameter 105cm yang dipesan Kanjeng Pangeran Ario (KPA) Wiwoho Basuki Tjokrohadiningrat itu berlapis emas 24 karat.(JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

GAMELAN LAPIS EMAS-Pekerja melelehkan logam saat pembuatan gong di Wirun, Mojolaban, Sukoharjo, Sabtu (2/6). Gong dengan diameter 105cm yang dipesan Kanjeng Pangeran Ario (KPA) Wiwoho Basuki Tjokrohadiningrat itu berlapis emas 24 karat.(JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

GAMELAN LAPIS EMAS-Pekerja melelehkan logam saat pembuatan gong di Wirun, Mojolaban, Sukoharjo, Sabtu (2/6). Gong dengan diameter 105cm yang dipesan Kanjeng Pangeran Ario (KPA) Wiwoho Basuki Tjokrohadiningrat itu berlapis emas 24 karat.(JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

SUKOHARJO–Sentana Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Kanjeng Pangeran Ario (KPA) Wiwoho Basuki Tjokrohadiningrat memesan gong atau gangsa ageng berdiameter 105 sentimeter pada pengrajin gamelan perunggu Palu Gongso milik Saroyo di Wirun, Mojolaban, Sukoharjo. Gong perunggu berlapiskan emas 24 karat itu diklaim terbesar yang pernah dibuat di Indonesia sebagai bagian gamelan jangkep yang dipesannya.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

“Selama ini gong yang pernah dibuat paling-paling berdiameter kira-kira 90 senti atau tidak sampai 1 meter. Dulu gong yang dibuat untuk pembukaan KTT Asean atau Gong Perdamaian di Bali itu memang besar. Tetapi itu kualitasnya tidak seperti gong ini,” kata praktisi gamelan ISI Solo, Al Suwardi yang ikut menunggui prosesi pembuatan gong ketika ditemui Solopos.com di kediaman pengrajin, Saroyo, Sabtu (2/6/2012).

Menurut Suwardi pembuatan gangsa ageng itu dilandasi keinginan membuat perangkat gamelan bermutu tinggi sesuai pakem gamelan jawa seperti yang digagas sang pemesan, mantan Rektor ISI Solo Rahayu Supanggah dan AL Suwardi. Sebab akhir-akhir ini pembuatan gamelan sering kali tak sesuai pakem yang ada.

Sementara itu Wiwoho yang ditanya dana yang dikeluarkan untuk pembuatan seperangkat gamelan jangkep yang diberi nama Kyai Berkah ini enggan membeberkan secara pasti. Namun dana yang dia memberi ancar-ancar ratusan juga rupiah.

“Wah berapa ya, kira-kira total dana yang kami keluarkan Rp800 juta lebih. Karena gamelan yang nanti akan saya bawa ke rumah saya di Ndalem Tjokrohadiningratan, Jogja ini menghabiskan 10 kuintal tembaga lebih, timah putih, perunggu dan 10 gram emas 24 karat,” papar Wiwoho sambil tersenyum.

Sedangkan Saroyo yang membuat gamelan tersebut memperkirakan pembuatan seperangkat gamelan ini membutuhkan waktu enam bulan lebih. Karena pihaknya juga harus menunggu rancakan (rak kayu jati tempat meletakkan gamelan-red) selesai dibuat.

“Dalam membuat gamelan ini kami melibatkan 20 tenaga. Setelah gamelan selesai ditempa, kami nanti harus nglaras (menyetel-red) dulu agar suara yang ditimbulkan sesuai dengan yang kami kehendaki,” terang dia.

Mereka membakar bahan baku gamelan pada tungku api dari arang itu tanpa beralaskan kaki, dengan pakaian serba hitam. Dalam membakar bahan baku itu, mereka bekerja bahu membahu menunggui pembakaran tersebut.

Pada bagian lain suasana pembuatan gamelan di kediaman Saroyo kemarin didahului ritual sesaji Pepak Ageng. Sejumlah makanan seperti nasi wuduk (gurih), lingkung, buah-buahan jajan pasar dan sebagainya yang diletakkan pada meja didoakan terlebih dahulu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya