SOLOPOS.COM - Kepala Desa Karangan, Kecamatan Karanganom, Klaten, Gunarto, menunjukkan saluran air yang pernah menjadi bagian dari tempat produksi Pabrik Gula Karanganom pada era kolonial Belanda. Foto diambil Kamis (10/2/2022). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATENPabrik Gula (PG) Karanganom Klaten diperkirakan memiliki sembilan bangunan terdiri atas satu bangunan utama serta delapan bangunan pendukung. Keunikan PG Karanganom yakni memiliki empat cerobong asap.

Namun, bangunan utama pabrik dan bangunan pendukung lainnya tak lagi terlihat dan kini berganti dengan permukiman. Meski demikian, bekas bangunan PG itu masih bisa ditemui di tengah permukiman.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Salah satunya bekas fondasi yang diperkirakan menjadi tempat berdirinya salah satu cerobong asap dan diperkirakan memiliki ketinggian puluhan meter. Bangunan fondasi itu berbentuk balok dengan panjang diperkirakan 10 meter dan lebar sekitar 7 meter.  Sementara, ketinggian bangunan fondasi bangunan itu setinggi 5 meter.

Baca Juga: Modern pada Zamannya, PG Karanganom Klaten Banyak Dihuni Warga Belanda

Bangunan itu terdiri atas struktur susunan batu bata yang sangat tebal. Pada beberapa sisi ada lubang-lubang. Saking tebalnya dinding batu bata, tak ada warga yang sanggup membongkar bangunan itu secara manual dan kini dibiarkan berdiri di tepi jalan kampung pada tengah permukiman Dukuh Tanjunganom.

Selain bekas bangunan yang diperkirakan menjadi fondasi cerobong, bangunan lain yang masih tersisa yakni fondasi pagar yang mengelilingi tempat produksi serta pagar perumahan pabrik. Ada pula sisa rel yang diperkirakan menjadi jalur lori pengangkut tebu.

Bangunan lainnya yakni saluran-saluran air warisan kolonial Belanda dan kini masih difungsikan untuk saluran irigasi. Sumber air berasal dari Umbul Ponggok di Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo yang berjarak sekitar 4 km dari Desa Karangan.

Baca Juga: Dicari Warga Belanda, PG Karanganom Klaten Unik Punya 4 Cerobong Asap

“Banyak saluran air serta gorong-gorong pabrik di bawah tanah. Ada yang masih digunakan hingga saat ini. Ada gorong-gorong di bawah tanah yang sekarang tertutup bangunan. Saat membangun kantor BUM desa akan memasang cakar ayam, ternyata ada gorong-gorong di dalam tanah,” ujar Kepala Desa Karangan, Gunarto, saat ditemui di kantor desa setempat, Kamis (10/2/2022).

Sisa bangunan peninggalan PG era kolonial lainnya yakni lapangan tenis. Diyakini, lantai pada lapangan tenis itu masih asli peninggalan era kolonial.

Gunarto memperkirakan kawasan PG Karanganom meliputi wilayah yang kini menjadi bagian Desa Karangan serta Desa Karanganom. Di wilayah Karangan, kawasan pabrik diperkirakan berada di wilayah yang kini menjadi permukiman di tujuh RT yang berada di tiga wilayah RW Dukuh Tanjuanganom serta Polengan.

Baca Juga: Cari Pabrike Mbahe, Warga Belanda Datangi Bekas PG Karanganom Klaten

Lokasi produksi bangunan utama untuk produksi gula PG Karanganom diperkirakan berada di wilayah Tanjunganom. Meski bangunan utama PG itu tak lagi terlihat, warga hingga kini masih menyebut wilayah Tanjuanganom dengan sebutan Babrik yang diartikan sebagai lokasi pabrik gula.

Sementara, wilayah Dukuh Polengan kerap disebut dengan kawasan Kidul Loji atau selatan loji. Dukuh itu dulunya berada di sisi selatan loji yang menjadi kawasan perkantoran PG serta permukiman karyawan pabrik dari Belanda.

“Pabrik itu diperkirakan sengaja dirobohkan oleh warga pada era pascakemerdekaan untuk menghindari bangunan-bangunan tersebut kembali ditempati kolonial. Seiring perkembangan jumlah penduduk, tanah bekas bangunan pabrik dimanfaatkan untuk permukiman,” kata Gunarto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya