SOLOPOS.COM - Komunitas Sedulur Pasar Legi Peduli Stunting (Lurginting) mengumpulkan sayuran di Pasar Legi, Solo, Jumat (6/10/2023) pagi. Bahan pangan itu akan diberikan kepada keluarga berisiko stunting. (Solopos.com/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SOLO– Satu temuan kasus membuat pedagang Pasar Legi Solo berdonasi bahan pangan untuk mencegah kasus stunting di Kelurahan Setabelan, Kecamatan Banjarsari, Solo secara terjadwal sejak Juli 2022.

Uniknya, para pedagang yang berdonasi bukanlah pedagang besar atau pedagang yang menempati kios, namun para pedagang oprokan Pasar Legi.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Jumat (6/10/2023) pukul 06.00 WIB, belasan warga dan petugas Kelurahan Setabelan  mengumpulkan barang dagangan mengenakan pakaian seragam warna oranye. Pakaian itu membuat pedagang menyadari warga dari kejauhan.

Pedagang yang sudah menyadari itu membuat mereka segera mengemas barang dagangan untuk donasi dengan kantong plastik. Warga hanya tinggal mengambil barang karena pedagang sudah menyiapkan donasi sebelum mereka tiba.

Barang yang dikumpulkan, antara lain bawang merah, bawang putih, ketela, kangkung, ayam, ikan, nangka muda, daun singkong, tempe, tahu, nangka muda, buah, terong, kacang panjang, cabai, sawi, kangkung, bayam, tomat, pisang, kelapa, kacang tanah, jeruk, labu siam, dan telur.

“Makasih ya, semoga berkahnya banyak, lancar rezekinya, diberikan kesehatan,” kata salah satu warga yang mengumpulkan bahan pangan, Siti Rahayu, 60, kepada pedagang.

Warga setempat maupun petugas kelurahan Setabelan yang mengambil barang dagangan itu merupakan penggerak komunitas Sedulur Pasar Legi Peduli Stunting (Lurginting). Sekitar 25 orang tergabung dalam Lurginting.

Bagi para pedagang, donasi sebanyak sampai satu kantong plastik barang dagangan tidak sampai membuat usahanya oleng karena warga mengambil donasi setiap bulan. Mereka mengambil bahan pangan setiap Jumat pekan kedua dan pekan keempat.

Area yang diambil pada Jumat pekan kedua dan pekan keempat berbeda, masing-masing menyasar pedagang di wilayah sisi utara dan selatan Pasar Legi. Donasi juga membantu pedagang yang barangnya tidak laku terjual.

Salah satu pedagang hasil bumi, Dwi Nur Fiana, 38, biasa membawa 1 kuintal barang dagangan yang dijual sejak pukul 02.07 WIB sampai pukul 07.00 WIB. Kadang tidak semua stok barangnya habis.

Dwi memberikan satu kantong plastik ketela waktu itu. Dwi paham donasi bermanfaat bagi warga karena digunakan untuk  pencegahan kasus stunting di Kelurahan Setabelan. ”Senang bisa sedikit berbagi,” katanya sambil tersenyum.

Pedagang sayuran lainnya, Parni, 65, mengatakan selalu memberikan donasi setiap ada warga yang mengumpulkan bahan pangan. Dia sudah mendapatkan sosialisasi dari paguyuban Pedagang Pasar Legi. “Untuk sedekah. Jumat berkah,” ujarnya.

Kemudian barang dagangan itu diangkut dengan sepeda motor oleh warga ke Pandapa Kelurahan Setabelan. Warga memilah bahan pangan lalu mengemas sebelum didistribusikan kepada keluarga berisiko stunting, yakni ibu hamil atau balita di Kelurahan Setabelan.

Di sela-sela itu, sebagian warga sarapan bersama sebelum membagikan paket bahan makanan kepada warga. Warga penerima bantuan mengambil barang di kelurahan sekitar pukul 10.00 WIB.

Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPMK) Kelurahan Setabelan, Wahyuningsih, menjelaskan semula ada temuan satu kasus stunting yang dialami anak laki-laki. Anak tersebut juga mengalami riwayat sakit jantung.

Pemerintah Kelurahan Setabelan dan warga berupaya membantu keluarga tersebut dengan memetakan wilayah. Banyak masyarakat berpenghasilan rendah di Kelurahan Setabelan. Sedangkan wilayah Setabelan terdapat Pasar Legi Solo.

Para pedagang dulunya pernah memakai kawasan sekitar untuk pasar darurat selama pembangunan ulang Pasar Legi. Mereka pun menggandeng Ikatan Pedagang Pasar Legi untuk mengumpulkan donasi bahan pangan seikhlasnya setiap Jumat.

Donasi itu juga salah satunya timbal balik pedagang kepada warga seusai menempati pasar darurat. Pendampingan yang dilakukan pengurus Ikatan Pedagang Pasar Legi ketika warga mengumpulkan donasi berhasil meyakinkan pedagang.

Lurginting Kelurahan Setabelan Stunting Pasar legi
Komunitas Sedulur Pasar Legi Peduli Stunting (Lurginting) mengemas bahan pangan donasi pedagang di Pendapa Kelurahan Setabelan, Solo, Jumat (6/10/2023) pagi. Bahan pangan itu akan diberikan kepada keluarga berisiko stunting. (Solopos.com/Wahyu Prakoso)

Barang yang dikumpulkan warga Lurginting semula sedikit, namun lama-kelamaan banyak pedagang yang berdonasi.  Kadang  pedagang bertanya-tanya kapan ada pengambilan barang dagangan.

“Kami cuma minta seikhlasnya, boleh kasih, boleh tidak, lama-lama kok banyak. Mereka malah sudah menyediakan donasi sebelum kami tiba. Kadang menanyakan kenapa tidak ada warga yang datang padahal belum jadwalnya,” ujar dia.

Wahyuningsih mengklaim wilayah Setabelan kini zero stunting. Kegiatan Lurginting dievaluasi menjadi dua kali dalam sebulan untuk upaya pencegahan stunting. Ada 50 sasaran penerima bantuan.

Menurut dia, Lurginting menggandeng Puskesmas Setebelan, termasuk Posyandu untuk mendapatkan data keluarga berisiko stunting. Serta menggandeng Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DDP3AP2KB ) Kota Solo untuk pemantauan penerima bantuan.

Anak balita atau ibu hamil yang datang ke Pendapa Kelurahan Setabelan harus menimbang berat badan yang dibantu seorang petugas penyuluh KB, Prita Ratnaningtyas. Prita mengidentifikasi anak balita atau ibu hamil lalu memberikan edukasi.

Selain itu, data yang diperoleh Prita untuk menvaluasi penerima bantuan. Biasanya anak balita yang menerima bantuan dievaluasi setiap tiga bulan sekali apakah tetap mendapatkan bantuan atau disetop.

Salah satu ibu hamil, Erwinovita, 33, yang mendapatkan edukasi dari Prita, menjelaskan Lurginting telah membantu warga. Bahan pangan itu bisa dimasak dan sisanya bisa disimpan untuk stok bahan pangan keluarga. Adapun Erwi merupakan pedagang kelontong dan suaminya seorang juru parkir.

Sementara itu, Prita menjelaskan gerakan Lurginting bagus, namun membutuhkan program lain untuk mendukung pencegahan stunting di Kelurahan Setabelan. Penyebab langsung stunting berkaitan dengan akses layanan kesehatan dan infeksi. Sedangkan penyebab tidak langsung berkaitan dengan kondisi ekonomi, sanitasi, dan pola asuh.

“Sanitasi di Setabelan rata-rata kurang bagus, di beberapa RW memakai MCK [mandi cuci kakus] komunal dan tidak ada septic tank-nya,” jelasnya.

Menurut dia, ada sejumlah warga menerima bantuan kloset, namun kesulitan membuat saptic tank karena tidak boleh dibangun di dekat sumber air bersih. Sementara septic tank komunal sulit dibangun karena kondisi permukiman terlalu padat.

“Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan. Lurginting hanya salah satu upaya, stunting harus diselesaikan secara integrasi melibatkan berbagai pihak,” ujarnya.

Kepala DDP3AP2KB Kota Solo, Purwanti, menjelaskan hampir setiap kelurahan di Kota Solo memiliki gerakan mencegah stunting sesuai potensi wilayahnya. Hal itu menjadi tindak lanjut rumbuk stunting yang dilakukan di tingkat kota, kecamatan, dan kelurahan sejak tahun lalu. Wakil Wali Kota Solo Teguh Prakosa hadir dalam rembuk stunting di setiap kelurahan.

Selain itu, sejumlah upaya yang dilakukan DP3AP2KB Solo untuk percepatan penurunan stunting dengan penguatan pola asuh, salah satunya menjalankan dapur sehat atasi stunting di semua kelurahan, yaitu memberikan makanan dua kali sehari kepada ibu hamil dan anak berisiko stunting.

Selanjutnya melakukan pembinaan ketahanan keluarga, salah satunya menyiapkan calon pengantin menjadi keluarga yang berkualitas. DP3AP2KB Solo  juga bekerja sama dengan Pemkot Jateng menjalankan program, salah satunya Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng.

“Ada surat edaran Gubernur Jateng mengenai KB pasca salin, kami tindaklanjuti dengan edaran Wali Kota Solo. Semua fasyankes bertanggung jawab kepada orang yang habis melahirkan mendapat pelayanan KB,” ungkap dia.



Menurut data Pemkot Solo, jumlah balita pendek dan sangat pendek turun dari 1.050 anak balita pada Februari 2023 menjadi 923 balita pada Agustus 2023.

Purwanti mengatakan sesuai penelitian sebanyak  faktor tak langsung stunting punya dampak 70% untuk menurunkan stunting, di antaranya bantuan pembangunan sanitasi dan rumah tidak layak huni (RTLH).

Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka menjelaskan sudah pernah mengikuti kegiatan Lurginting untuk membantu mendistribusikan bahan pangan ke rumah-rumah warga di Setabelan.

Stunting permasalahannya bukan hanya pada ibu dan anaknya. Kami gencar untuk bantuan RTLH,” ungkapnya.

Komitmen Pemkot Solo itu ditunjukkan dengan luasan kawasan kumuh di Kota Solo berkurang hampir 70% dalam empat tahun terakhir, dari semula 359,55 hektare pada 2017 menjadi 118 hektare pada 2021.

Pemkot Solo memakai dana APDB, APBN, dan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) untuk menjalankan program pembangunan.

Kelurahan Setelan memiliki populasi sebanyak 4.160 jiwa. Berikut wilayah Kelurahan Setabelan, Solo.

 







Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya