SOLOPOS.COM - Ketua GP Ansor Jawa Tengah, Sholahudin Aly. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO—Gerakan Pemuda Ansor Jawa Tengah mendukung pernyataan Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, yang meminta masyarakat melihat rekam jejak bakal Capres-Cawapres dalam menentukan pemimpin Indonesia.

GP Ansor Jateng juga sepakat dengan imbauan Menag Yaqut agar masyarakat tidak memilih pemimpin yang menggunakan agama sebagai kepentingan politik. Hal itu disampaikan Ketua GP Ansor Jateng, Sholahudin Aly, Rabu (4/10/2023).

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

“Potensi-potensi politik identitas ada. Makanya upaya Menteri Agama, misalnya mengkoordinasikan masjid, itu juga penting agar tempat ibadah tidak boleh digunakan untuk kampanye itu kan bagian dari ikhtiar untuk mewujudkan hal itu,” tutur dia.

Gus Sholah, panggilan akrabnya, menyatakan apa yang disampaikan Menag Yaqut sudah tepat. Sudah selayaknya seluruh anak bangsa bersama-sama berkomitmen mewujudkan Pemilu 2024 yang damai dan sejuk, jauh dari pendekatan pecah belah.

“Sehingga Pemilu yang sejuk dan damai bisa terwujud. Tidak perlu ada yang baper sebenarnya. Karena itu kan sesuatu yang baik, sehingga tidak perlu ada yang baper. Justru sebenarnya ini kan semacam warning atau peringatan ya,” kata dia.

Gus Sholah mendorong agar kontestasi Pemilu 2024 dilakukan secara sehat dengan adu rekam jejak dan program kerja. Pemilu 2024 harus dimaknai sebagai momentum pesta demokrasi lima tahunan yang jangan sampai mengorbankan hal-hal prinsipil.

“Kita semua punya tanggung jawab menjaga agar Pemilu 2024 berjalan dengan damai dan sejuk. Kita harus menyadari bahwa pemilu ini adalah pesta demokrasi lima tahunan. Artinya hal-hal yang prinsipil itu jangan sampai dikorbankan,” seru dia.

Laki-laki yang juga Koordinator Gerakan Keluarga Maslahat NU Jateng tersebut mengingatkan bangsa Indonesia dibangun di atas kemajemukan suku, ras, dan agama. Sehingga imbauan Menag agar Pemilu berjalan sejuk dan segar sudah tepat.

“Iimbauan Menag itu sudah tepat, dan harus didukung. Jangan mengedepankan, menggunakan politik identitas. Karena politik identitas itu akan menyebut atas nama aku, aku, aku, yang akan merusak persatuan dan kesatuan bangsa,” urai dia.

Gus Sholah juga mengingatkan bahaya politisasi agama untuk kepentingan Pemilu 2024. Bila hal itu sampai terjadi menurut dia akan sangat berbahaya.

“Bangsa ini harus bergerak lebih maju, memilih pemimpin melihat rekam jejak seperti apa,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya