SOLOPOS.COM - Mantan Wakil Bupati Sragen Dedy Endriyatno (berbaju putih) bertemu para politikus senior di Pendapa Serambi Sukowati Sragen, Rabu (5/6/2024). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN—Sejumlah anggota Gerakan Pembaharuan Sragen (GPS) berdialog dengan bakal calon bupati (cabup) dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sragen, Dedy Endriyatno, di Pendapa Serambi Sukowati Sragendok, Sragen, Rabu (5/6/2024) sore hingga Magrib.

GPS yang sejak awal mencari sosok yang bisa membuat perubahan di Sragen akhirnya menemukan figur potensial yang dinilai tidak berambisi untuk kepentingan pribadi.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Dialog tersebut berlangsung secara terbuka. Para anggota GPS mengorek informasi tentang visi, misi, dan strategi pemenangan saat bertemu mantan Wakil Bupati (Wabup) Sragen itu.

Sejumlah politikus senior yang hadir seperti Saiful Hidayat, Heri Kistoyo, Aziz Kristanto, dan juga mantan Sekretaris Daerah (Sekda) Sragen, Tatag Prabawanto.

“Kalau saya ambisi pribadi buat apa? Untuk diri sendiri buat apa? Saya di Provinsi Jawa Tengah punya kans menjadi pimpinan DPRD Jateng dan itu sudah di depan mata. Kenapa mencari sesuatu yang tidak jelas hanya dengan gaji Rp5,3 juta. Di Provinsi jauh lebih jelas. Apa yang saya cari di Bupati kalau hanya sekadar memperjuangkan ambisi saja. Saya tidak mencari jadi bupati, kalau tidak ada yang berani tampil mengubah wajah Sragen. Ayo bareng-bareng membesarkan Sragen. Kalau ada yang lebih baik daripada saya, ayo dirembuk bareng-bareng yang penting Sragen lebih baik,” jelas Dedy kepada wartawan.

Dedy menghormati keberadaan GPS yang digawangi para tokoh-tokoh senior di bidang politik dan pemerintahan. Apa yang mereka perjuangan dan apa yang mereka harapan untuk pembaharuan Sragen itu harus dihormati.

Dia menilai visi dan misi itu bersifat akademik dan yang penting sekarang bagaimana strategi menuju perubahan Sragen itu.

“Kalau visi dan misi yang kurang bisa ditambah, yang salah bisa diperbaiki. Kalau ingin tahu saya, silakan tanya Pak Tatag yang pernah duduk di pemerintahan bareng saya dulu. Pak Tatag lebih objektif menilai saya. Saya berangkat bukan dari sakit hati. Ingat dikumpulkan karena sakit hati itu tidak akan bertahan lama,” ujar Dedy.

Anggota Presidium GPS, Tatag Prabawanto, menyampaikan sejak awal GPS lahir hanya ingin memunculkan tokoh baru dan mendorong partai politik (parpol) untuk berani menampilkan calonnya.

Dia menilai calon yang muncul kebanyakan masih pragmatis dan status quo. Dia menilai parpol berada di zona nyaman sehingga ada upaya untuk mempertemukan mereka.

“Beberapa hari lalu, Pak Agus Fatchur Rahman [mantan Bupati Sragen] mengundang para pimpinan parpol untuk berdialog bersama. Mereka datang tetapi subtansinya apa yang tahu Pak Agus dan para pimpinan parpol,” jelas Tatag.

Dia menjelaskan GPS mengundang Dedy Endriyatno sebagai bakal cabup dari PKS. Dia menghargai sikap Dedy yang tidak berambisi jadi Bupati. Dia melihat Dedy ingin menjadi Bupati bukan ambisi pribadi tetapi menjalankan tugas dari parpol.

Oleh karenanya, Tatag mengatakan GPS mendorong Dedy untuk konsisten dan mencarikan sosok pendamping orang baru dan memiliki kemampuan.

“Paling tidak GPS mendapat bakal cabup yang mau diajak diskusi. Politik itu semua berlomba mencari kemenangan. Ketika menemukan kebuntuan maka akan terjadi kompromi. Mungkin dimunculkan hanya dua parpol saja untuk mengusung Dedy itu itu menjadi bagian yang harus didorong dan konsisten,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya