Soloraya
Sabtu, 3 Agustus 2013 - 23:15 WIB

GRIYA PMI SOLO : Pasien Kangen Rumah Hingga Kebelet Kawin

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pasien berbincang-bincang dengan keluarganya saat acara family gathering di Griya PMI, Mojosongo, Solo, Sabtu (3/8/2013). PMI Solo melalui Griya PMI Mojosongo telah mempertemukan sebanyak 14 pasien untuk dikembalikan kepada keluarganya (Maulana Surya/JIBI/Solopos)


Pasien berbincang-bincang dengan keluarganya saat acara family gathering di Griya PMI, Mojosongo, Solo, Sabtu (3/8/2013). PMI Solo melalui Griya PMI Mojosongo telah mempertemukan sebanyak 14 pasien untuk dikembalikan kepada keluarganya (Maulana Surya/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Semburat rona bahagia terpancar dari wajah Anik Panca Mawarti, 33. Perempuan bertubuh kurus tinggi ini menitikkan air mata saat berpelukan dengan ayahnya di Griya Palang Merah Indonesia (PMI) Mojosongo, Solo, Sabtu (3/8/2013). Anik tak kuasa memendam kerinduan untuk bertemu keluarga setelah tiga bulan lamanya menempati Griya PMI.

Advertisement

Anik lalu sungkem dengan sang ayah, Sinder, 75. Kedua bola mata Sinder pun berkaca-kaca. Dia terharu bisa melihat Anik yang sekarang berangsur pulih dari gangguan kejiwaan selama dua tahun lalu.

“Anik mengalami depresi sejak ditinggal ibunya. Dia seolah belum siap secara mental hidup tanpa ibu, akhirnya ya depresi. Saat depresi, dia sering bicara sendiri,” papar Sinder, saat ditemui di lokasi, Sabtu.

Advertisement

“Anik mengalami depresi sejak ditinggal ibunya. Dia seolah belum siap secara mental hidup tanpa ibu, akhirnya ya depresi. Saat depresi, dia sering bicara sendiri,” papar Sinder, saat ditemui di lokasi, Sabtu.

Sinder menceritakan, Anik merupakan anak bungsu dari lima bersaudara yang hingga kini belum keluarga. Dia sendiri siap menerima kehadiran Anik dengan segala kondisi apapun.
“Anik sengaja saya titipkan di sini biar kondisi kejiwaannya kembali normal. Dan Alhamdulillah, sekarang saya menyaksikan sendiri ada kemajuan pada diri Anik. Biar dia tinggal bersama saya,” kata warga Baki, Sukoharjo ini.

Dengan nada lirih, Anik sendiri berkeinginan tinggal bersama keluarga. “Saya senang tinggal di sini, tapi saya ingin hidup di rumah saja,” paparnya singkat.

Advertisement

Pasien Griya PMI Solo lainnya, Dewi Ratna Sari, terlihat senang bisa bertemu keluarga. Dia dirawat di Griya PMI selama 11 bulan.

“Sampai di rumah, saya ingin nikah,” celetuk Dewi disambut tawa keluarga dan petugas Griya PMI.

Dewi mempunyai keinginan kuat segera menikah dengan calon suami pilihan keluarga. Saat ini, Dewi mengaku sudah ada orang yang hendak meminangnya. Namun Dewi malu-malu menyebut identitas orangnya.

Advertisement

“Pokoknya ada, semoga keluarga menyetujui. Saya manut keluarga,” kata warga Pasar Kliwon ini.

Selama tinggal di Griya PMI Solo, Dewi memetik banyak pelajaran berharga. Dia mengaku belajar kemandirian saat menjalani hidup jauh dari keluarga. “Saya belajar banyak hal, seperti sopan santun, mencuci sendiri. Setelah di rumah, saya ingin berwiraswasta dengan berdagang pakaian,” papar mantan pedagang Pasar Klewer ini.

Kepala Markas Griya PMI Solo, Tri Wuryanto, mengatakan kebanyakan orang yang dirawat di Griya PMI merupakan hasil temuan dari razia Satpol PP. “Orangnya dari berbagai daerah, bahkan sampai Jawa Timur. Kalau orang titipan hanya 10 persen. Saat ini jumlah orang yang berada di sini ada 120 orang,” paparnya.

Advertisement

Dia mengatakan target orang yang menghuni Griya PMI mendapat perawatan hingga berangsur pulih. Upaya penyembuhan terus dilakukan oleh PMI menggunakan dana mandiri atau sumbangan dana donatur.

Wakil Wali Kota Solo, Achmad Purnomo, mengatakan apa yang telah dilakukan oleh pengurus Griya PMI merupakan kegiatan kemanusiaan tanpa pamrih. “Segala kebutuhan di sini diperoleh secara mandiri, tanpa minta bantuan APBD, saya sangat mengapresiasi,” jelasnya di lokasi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif