SOLOPOS.COM - Kondisi Gua Mangkubumi yang sepi pengunjung di Dukuh Gebang Kota, Desa Gebang, Kecamatan Masaran, Sragen, Rabu (24/5/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com Stories

Solopos.cm, SRAGEN — Situasi di Gua Mangkubumi di Dukuh Gebang Kota, Desa Gebang, Kecamatan Masaran, Sragen, pada Rabu (24/5/2023) terlihat lengang. Sepi.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Pengelola objek wisata desa itu mengakui pengunjung Gua Mangkubumi menurun. Kunjungan wisatawan tak menggemberikan meskipun pada Minggu. Minimnya pemasukan dari tiket, pengelola pun menghadapi masalah klasik, minimnya dana operasional dalam pengembangan destinasi wisata desa tersebut.

Pengelola Gua Mangkubumi Gebang, Hartono, mengungkapkan sejak destinasi wisata itu dua tahun lalu jumlah pengunjungnya makin ke sini makin sedikit. Ia kesulitan menggelar event lantaran tidak adanya dan untuk menutup biaya operasional. Wajar saja jika pengembangan Gua Mangkubumi tidak maksimal.

Di sisi lain, Hartono mengatakan warga yang biasa mengelola Gua Mangkubumi juga butuh menafkahi keluarganya. Mereka tidak bisa fokus mengurus Gua Mangkubumi karena tidak bisa diandalkan sebagai sumber pendapatan.

“Gua Mangkubumi ini bagian dari sejarah Hari Jadi Sragen, tetapi sampai sekarang perhatian Pemkab Sragen masih kurang. Hanya dari Disparpora [Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga] yang berkunjung ke sini dan memberi pelatihan bagi pengelola,” ujar Hartono saat dihubungi Solopos.com, Rabu (24/5/2023).

Pembangunan fisik untuk pengembangan Gua Mangkubumi juga belum ada kelanjutannya. Selama ini pembangunan yang dilakukan, menurut Hartono, secara gotong royong warga. Namun karena terlalu sering gotong royong, warga jenuh.

“Untuk sementara ya jalan apa adanya dulu. Setiap Minggu ada ibu-ibu yang senam di kompleks Gua Mangkubumi ini,” sambungnya.

Hartono menambahkan, warga sebenarnya ingin mengembangkan wisata di sini, tetapi terkendala dana. Dia berharap surat keputusan (SK) desa wisata segera turun karena sudah dua tahun warga menunggu belum juga keluar. Dia mengatakan dengan SK itu diharapkan bisa mengajukan bantaun ke pemerintah.

“Bantuan dari pemerintah desa pernah, yakni dari dana desa senilai Rp10 juta. Selain itu juga bantuan pavingisasi dan cor jalan dari Pak Suparno, Ketua DPRD Sragen. Pekerjaannya dilakukan secara swadaya masyarakat,” jelasnya.

Pasar Kawak

Sementara itu, kondisi sebaliknya dialami Pasar Kawak di Ngasinan Wetan, Desa Gebang. Ketua Pengelola Pasar Kawak, Slamet, menceritakan objek wisata ini lahir dari ngudarasa warga yang menginginkan pelestarian budaya zaman dulu atau kawak.

Dari ide itu, warga kemudian membuat koin dari batang pohon asem. Tercipta 1.000 koin yang dicap Pasar Kawak. Koin itu lantas jadi alat tukar di Pasar Kawak pengganti uang.

“Kegiatannya dimulai dengan malam 1.000 oncor sehingga membuat suasana memang gelap, hanya oncor yang menjadi sumber cahayanya karena listrik dimatikan. Setelah itu berkembang pada pagi harinya, Minggu Kliwon, membuka lapak jualan jajanan tempo dulu. Dalam pengembangannya ada gamelan, gejuk lesung, macapatan, dan seterusnya,” kata Slamet.

Sebenarnya tujuan diadakannya Pasar Kawak adalah untuk mengedukasi anak-anak agar mengenal budaya Jawa, seperti macapat, atraksi seni zaman dulu, hingga perkakasan dapur zaman dulu. Selain itu, untuk mengenalkan kembali dan melestarikan kuliner kawak, seperti nasi bancakan, nasi petilan, dan aneka jajanan tempo dulu lainnya.

Dulu ada 30 pedagang yang terlibat, tetapi sekarang tinggal 21 pedagang. “Perputaran uang selama Pasar Kawak diadakan cukup lumayan untuk menambah pendapatan warga. Dari mulai buka pukul 06.00 WIB hingga pukul 10.00 WIB bisa mendapatkan rata-rata Rp7,6 juta. Pada event tertentu bisa sampai Rp12 juta,” ujarnya.

Ketua Karangtaruna Tunas Muda Ngasinan Wetan, Budi Santoso, menambahkan seluruh pemuda ikut berperan dalam setiap event Pasar kawak. Dia melihat semangat warga, terutama anak-anak mudanya luar biasa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya