Solopos.com, WONOGIRI — Gua Potro Bunder merupakan salah satu wisata gua di Kabupaten Wonogiri. Gua Potro Bunder terletak di Karanglo Wetan, Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.
Gua Potro Bunder dikenal masyarakat sejak tahun 1991. Pada zaman dahulu, gua ini dijadikan sebagai tempat bertapa.
Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya
Seiring berkembangnya zaman, Gua Potro Bunder dijadikan sebagai tempat wisata hingga tempat penelitian para ahli speleologi dan pencinta alam.
Gua Potro Bunder termasuk ke dalam kawasan karst Wonogiri bagian barat. Di kawasan karst tersebut, terdapat gua-gua selain Gua Potro Bunder. Hal itu, seperti Gua Tembus, Gua Mrico, Gua Sodong, Gua Gilap, Gua Sapen, dan Gua Sonya Ruri.
Harga tiket masuk ke Gua Potro Bunder di hari Senin-Sabtu senilai Rp3.000. Sedangkan di hari Minggu senilai Rp4.000.
Baca Juga: Awal Mula Upacara Larung Ageng di Pantai Sembukan Wonogiri
Selain itu, wisatawan juga harus membayar parkir kendaraan yang berbeda-beda berdasarkan jenis kendaraannya. Tarif parkir bus senilai Rp10.000, mini bus senilai Rp5.000, mobil senilai Rp3.000, dan sepeda motor tarif parkirnya senilai Rp1.500. Gua Potro Bunder dibuka mulai pukul 08.00 WIB–18.00 WIB.
Dilansir dari laporan tugas akhir berjudul Potensi dan Pengembangan Obyek Wisata Alam Gua Potro Bunder di Kabupaten Wonogiri oleh Riezky Meilawati pada 2008, terdapat legenda menarik dari Gua Potro Bunder.
Dulunya Gua Potro dan Gua Bunder merupakan gua yang berdekatan. Gua tersebut merupakan tempat persembunyian dari kedua pengikut Kanjeng Gusti Mangkunegaran I atau Pangeran Sambernyawa yang melawan Belanda. Perang tersebut disebut dengan Perang Gedander (Babat Giyanti).
Kedua pengikut Pangeran Sambernyawa tersebut adalah Kiai Suroyudo dan Kiai Poncoputro. Keadaan keamanan saat perang kurang menguntungkan. Sehingga kedua pengikut menetap di gua tersebut.
Baca Juga: Ewuh Grubyukan, Bagian Tradisi Pernikahan Jawa di Wonogiri
Lama-lama, kedua pengikut berjalan ke arah barat sekitar 50 meter dan menemukan Gua Bunder. Gua Bunder dinilai aman karena bagian dalam gua luas namun mulut guanya tidak terlalu lebar.
Kedua pengikut berikrar untuk menetap di gua sampai akhir hayat. Ikrar kedua pengikut terwujud, mereka meninggal di dalam Gua Potro.
Terdapat makam yang berasal dari bekas cungkup milik kedua pengikut itu. Dari bekas cungkup tersebut, Mardijo selaku kepala desa di saat itu membangun makam.
Konon, banyak orang yang bertapa di gua tersebut. Para petapa akan mendapatkan fisik yang kuat dan diberi keselamatan hidup.