SOLOPOS.COM - Arak-arakan gunungan daun tembakau di Festival Tungguk Tembakau, Desa Senden, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Kamis (3/8/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, menilai Festival Tungguk Tembakau di Senden, Selo, Boyolali, memiliki potensi besar untuk dikembangkan jadi atraksi wisata.

Bahkan, Ganjar mengatakan festival itu bisa dikembangkan jadi seperti festival kopi di Toba, Sumatra Utara. Namun, untuk itu festival tersebut mesti dikawinkan dengan potensi wisata lainnya di Selo.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Ini satu prosesi yang sebenarnya bagus. Nanti bisa dikawinkan dengan destinasi wisata yang indah, misal paralayang di sana [Tarubatang],” kata Gubernur Ganjar kepada wartawan di sela-sela Festival Tungguk Tembakau di Senden, Selo, Boyolali, Kamis (3/8/2023).

Ia menyarankan ada beberapa kombinasi yang bisa dilakukan untuk mengembangkan objek wisata di Senden. Pertama, kombinasi dengan agrowisata. Kedua, kombinasi dengan objek wisata alamnya, lalu ketiga, kombinasi dengan sport-tourism. Terakhir, dengan budaya-budaya di Selo.

“Ini yang kemudian jadi satu, tinggal kemudian dikemas menjadi sebuah event yang bisa menghadirkan banyak hal,” kata dia. Menurut Gubernur Ganjar, dengan kombinasi wisata, Festival Tungguk Tembakau di Boyolali bisa menjadi tempat wisata yang sangat bagus dan mendatangkan banyak pelancong.

“Karena saya berdiri di sini, kalau saya balik kanan, itu di sebelah kanan ada Merapi, ini [kiri] Merbabu. Kita sekarang agak menceng di kakinya Merbabu. Jadi kalau itu bisa di-create menjadi satu event, oh, ini menarik,” kata dia.

Tradisi Nenek Moyang

Sebelumnya diberitakan, ribuan orang dari berbagai usia menghadiri Festival Tungguk Tembakau Boyolali yang dibuka Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Kamis (3/8/2023). Festival ini digelar tiap tahun menjelang panen raya tembakau di lereng Gunung Merbabu, Dukuh Gunungsari, Desa Senden, Selo, Boyolali.

Ganjar membuka acara tahunan tersebut dengan memetik 13 daun tembakau di dekat makam. Setelah itu, rombongan naik menuju halaman makam dan mengambil makanan dari beberapa tumpeng yang disediakan.

Tumpengan tembakau dan hasil bumi yang tidak diambil kemudian diarak sepanjang satu kilometer menuju panggung. Arak-arakan menuju panggung tersebut terdiri dari para pemimpin daerah, tumpeng tembakau, tumpeng hasil bumi, tumpeng nasi, kesenian tari reog, rodat, dan sebagainya.

Kades Senden, Sularsih menyatakan tradisi tersebut telah ada sejak nenek moyang jelang masa panen tembakau. Namun baru pada 2016 akhirnya dikemas dan digelar serentak agar menjadi daya tarik wisata.

Sebelumnya, masyarakat menggelar tungguk tembakau secara individual. Sularsih menjelaskan malam sebelum tungguk tembakau, terdapat ritual seserahan hasil panen dari masyarakat ke sesepuh makam Gunungsari.

“Ini sudah ada sejak 2016, sempat jeda dua tahun pas Covid-19. Tapi tetap untuk ritual malamnya tetap ada,” kata dia.

Ia menjelaskan gunungan tembakau yang disajikan memiliki makna ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya