SOLOPOS.COM - Gapura kampung pedagang gultik di Desa Ngreco, Kecamatan Weru, Sukoharjo. Foto diambil Sabtu (22/4/2023). (Solopos.com/Bony Eko Wicaksono).

Solopos.com, SUKOHARJO–Sejumlah pedagang kuliner populer di Jakarta, yakni gultik, mudik ke Kabupaten Sukoharjo pada momen Lebaran tahun ini.

Mereka merupakan warga Desa Ngreco, Kecamatan Weru. Penasaran apa itu gultik dan bagaimana kisah kesuksesan mereka berdagang kuliner olahan daging itu? Berikut ini ulasannya.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Indonesia merupakan negara dengan ragam budaya yang sangat kaya. Mulai dari adat istiadat, bahasa daerah, hingga kuliner yang memanjakan lidah.

Salah satu kuliner legendaris yang diburu anak muda adalah gultik. Nama gultik berasal dari kata gulai dan tikungan. Pedagang gultik mudah dijumpai di pinggir Jl. Mahakam dan Jl. Buliungan, kawasan Blok M, Jakarta Selatan.

Kawasan Blok M bisa dibilang surga kuliner di Ibu Kota Jakarta. Deretan lapak pedagang gultik berjejer rapi di trotoar saat sore hari hingga tengah malam. Awalnya, hanya beberapa pedagang gultik yang berjualan di lokasi tersebut pada 1980-an.

Mereka berasal dari wilayah Desa Ngreco, Kecamatan Weru, Sukoharjo. Sebagian pedagang lainnya berasal dari daerah perbatasan Sukoharjo-Cawas, Klaten.

Saat Lebaran, sebagian pedagang gultik mudik. Biasanya, mereka tiba di kampung halaman beberapa pekan sebelum Lebaran.

“Bapak dan pakde saya termasuk perintis pedagang gultik di kawasan Blok M. Mereka merantau ke Jakarta pada 1980-an. Jumlah pedagang gultik bisa dihitung dengan jari, belum begitu banyak. Rata-rata pedagang gultik berasal dari Desa Ngreco, Weru,” kata seorang pedagang gultik, Ares, saat berbincang dengan Solopos.com, Sabtu (22/4/2023).

Ares bercerita pedagang gultik mudik secara bergelombang. Ada yang mudik lebih awal. Namun, ada pula yang mudik ke mendekati Lebaran.

Makhlum saja, kuliner gultik menjadi buruan warga Jakarta untuk berbuka puasa saat Ramadan. Sehingga, sebagian pedagang memilih mudik mendekati Lebaran.

Dahulu, lanjut dia, pedagang gultik yang berasal dari Desa Ngreco, Weru cukup banyak. “Mungkin bisa belasan orang, bahkan lebih. Jadi Desa Ngreco ini seperti kampung pedagang gultik yang berjualan di Jakarta. Resep memasak gultik juga diwariskan secara turun-menurun. Seperti saya generasi kedua, resep memasak gultik diwariskan dari keluarga. Bahan utamanya daging sapi dan rempah-rempah,” ujar dia.

Sebenarnya, para pedagang gultik tak mengenal hari libur. Mereka nekat berjualan saat cuaca tak bersahabat. Hujan lebat disertai angin kencang. Bahkan, ada pula pedagang yang masih berjualan saat Lebaran.

Mereka tidak menggelar lapak jika ada kebijakan khusus untuk tidak berjualan seperti saat masa pandemi Covid-19. Pemerintah melarang pedagang berjualan lantaran berpotensi menimbulkan kerumunan massa.

“Pedagang gultik itu tidak pernah libur. Kecuali jika ada aturan dari pemerintah untuk tidak berjualan. Saat pandemi, sebagian pedagang pulang ke kampung halaman. Namun, ada pula yang bertahan di Jakarta,” papar dia.

Pedagang gultik lainnya, Wanto, mengatakan Lebaran merupakan momen paling berharga untuk melepas rindu bersama keluarga. Terlebih bagi pedagang yang jarang pulang kampung lantaran harus berjualan saban hari.

Selain lokasi strategis, gultik diburu pecinta kuliner lantaran harganya murah meriah. Satu mangkok Gultik dibanderol Rp10.000. Namun, mangkoknya berukuran kecil sehingga pelanggan harus menambah porsi agar kenyang. Ini bagian dari strategi berjualan pedagang Gultik untuk menggaet pelanggan.

“Pascapandemi lapak pedagang gultik makin banyak. Mungkin lebih dari 50 lapak. Tak ada lagi sekat lapak antarpedagang. Mungkin karena kuliner gultik viral di media sosial sehingga banyak muncul pedagang baru,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya