BOYOLALI-Kondisi Gunung Merapi hingga saat ini masih dalam level aktif normal. Akan tetapi, sepekan terakhir longsoran material kerap terjadi di kawasan puncak.
Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024
Relawan Jaringan Informasi Lingkar (Jalin) Merapi, Mujiyanto mengatakan, longsor besar di puncak Merapi terjadi Kamis pekan lalu. Longsoran mengarah ke barat laut yakni, ke Kali Lamat di Magelang dan Kali Apu. “Aliran ke Kali Apu perlu diwaspadai karena mengarah langsung ke tiga desa di wilayah Kecamatan Selo yakni, Jrakah, Klakah dan Tlogolele,” tuturnya saat ditemui wartawan di Selo, Jumat (13/7/2012).
Mujiyanto menjelaskan, arahannya terutama ke Dukuh Stabelan di Desa Tlogolele. Sebab, letak dukuh ini paling dekat dengan kawasan puncak. Ia mengkhawatikan bakal terkaji longsor besar susulan. Pasalnya, kawasan puncak Merapi masih labil. Selain itu, dari pantauannya ada rekahan yang bisa longsor sewaktu- waktu.
“Kami sudah mengingatkan warga di kawasan rawan bencana ini. Selain itu, sudah dilaporkan kondisi Merapi terkini ke instansi terkait,” imbuhnya.
Pihaknya juga menekankan kepada para pendaki agar waspada saat naik ke Merapi. Kesalahan saat menginjak bebatuan maupun area di wilayah puncak bisa berakibat fatal. Kondisi di atas sangat labil dengan bebatuan yang rawan longsor. Menurutnya, jalur pendakian ke puncak sudah berubah total pasca erupsi Merapi tahun 2010. Para pendaki harus mencari jalur sendiri. Terlebih mereka banyak pendaki pemula yang kurang tahu trek.
Jalur pendakian ke gunung berapi ini ramai saat akhir pekan. Terutama musim liburan seperti ini. Jumlahnya bisa mencapai 60 hingga 70 pendaki. Ia mengingatkan pendaki untuk mewaspadai bau belerang yang berasal dari puncak. Menurutnya, asap itu sangat membahayakan pendaki. Di samping itu, suhu panas di area puncak juga harus diperhatikan.
Sementara itu, Kades Tologolele, Kecamatan Selo, Budi Harsono mengatakan, ia dan warganya siap sedia setiap saat. Menurutnya, hidup dan tinggal di dekat puncak Merapi harus waspada. “Hidup dekat dengan gunung berapi membuat kami harus waspada. Akan tetapi, kami tetap beraktivitas sehari-hari,” jelasnya.