Soloraya
Jumat, 2 September 2022 - 18:32 WIB

Guru Aniaya Siswa SMP Swasta di Klaten, DPRD & Dewan Pendidikan Angkat Bicara

Taufiq Sidik Prakoso  /  Ponco Suseno  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (google image.com)

Solopos.com, KLATEN — Perilaku seorang guru diduga menganiaya belasan siswa gara-gara mencoret-coret tembok SMP swasta di Klaten disayangkan berbagai pihak. Semestinya, aksi itu tak perlu terjadi.

Ketua Fraksi PAN DPRD Klaten, Darmadi, mengatakan meskipun tendangan yang dilakukan guru tak membuat luka serius, namun perilaku itu tak layak ditiru.

Advertisement

“Meskipun tidak ada luka serius tetapi perilaku itu tidak patut dicontoh. Ini harus diselesaikan secara internal. Jangan sampai ini terulang lagi di sekolah manapun. Hal seperti itu tidak boleh,” kata Darmadi saat ditemui di DPRD Klaten, Jumat (2/9/2022).

Darmadi ikut prihatin atas kejadian tersebut. Kejadian itu menjadi evaluasi bersama agar tak terulang.

“Ini menjadi evaluasi bersama supaya ke depan tidak terulang. Ini termasuk kekerasan dalam sekolah,” kata dia.

Advertisement

Baca Juga: Coret-Coret Tembok, Belasan Siswa SMP Swasta di Klaten Diduga Dianiaya 1 Guru

Ketua Dewan Pendidikan Klaten, Budi Sasongko, mengatakan sudah bersurat ke Dinas Pendidikan (Disdik) Klaten serta pihak SMP swasta tersebut menyikapi kejadian guru yang diduga menendang murid.

“Intinya supaya diselesaikan secara kekeluargaan. Guru harus meminta maaf. Mengenai sanksi, itu kewenangan yayasan yang menaungi sekolah,” kata Budi.

Advertisement

Namun, Budi menyarankan agar guru yang diduga melakukan aksi kekerasan tersebut dipindahkan tugas mengajarnya ke sekolah lain.

“Menurut saya lebih baik guru dipindahkan dulu. Supaya 16 siswa itu tidak trauma. Menurut saya itu membuat orang tua lega. Kalau tidak diambil tindakan itu, orang tua geram,” ungkap dia.

Baca Juga: Guru Diduga Aniaya Siswa SMP Swasta di Klaten, Ditendang dan Diolesi Jelantah

Seperti diberitakan sebelumnya, belasan siswa di salah satu SMP swasta di Klaten diduga menjadi korban kekerasan fisik oleh salah satu guru. Peristiwa itu terjadi setelah siswa yang berjumlah sekitar 16 orang itu melakukan pelanggaran mencoret-coret tembok atau melakukan aksi vandalisme.

Awalnya, siswa itu dipanggil guru bimbingan konseling (BK) setelah melakukan pelanggaran tersebut sekitar dua pekan lalu. Mereka diminta pertanggungjawabannya membersihkan tembok sekolah yang sudah dicoret-coret dan mengecat lagi.

Setelah itu, ada kesepakatan jika belasan anak itu iuran Rp10.000 per orang dan pengecatan dilakukan oleh karyawan sekolah setempat. Selain itu, siswa diskors belajar dari rumah selama dua hari.

Setelah menjalani sanksi tersebut, belasan siswa kembali mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti biasa. Namun, belasan siswa itu dipanggil lagi ke ruang BK pada Selasa (30/8/2022). Mereka ditemui salah satu guru mata pelajaran berinisial M.

Baca Juga: Pemuda Klaten Diduga Jadi Korban Penganiayaan 4 Orang Pemotor Misterius

Oleh M, siswa yang dikumpulkan ke ruang BK itu diduga ditendang pada bagian kepala. Selain itu, kepala mereka diolesi minyak jelantah oleh M.

Orang tua siswa yang diduga menjadi korban penganiayaan lantas diundang ke sekolah, Kamis (1/9/2022). Mereka dipertemukan dengan M dan menyatakan minta maaf atas kesalahan yang sudah dilakukan.

Kepala salah satu SMP swasta itu, H, membenarkan sudah mengundang orang tua siswa yang diduga menjadi korban penganiayaan salah satu guru.

“Kami sudah mengundang wali murid dan sudah hadir di sekolah. Intinya Pak guru itu sudah mengakui bahwa itu kekhilafan dan sudah membuat surat pernyataan tidak akan diulangi lagi,” kata H saat dikonfirmasi wartawan melalui telepon, Kamis sore.

Baca Juga: Over Dosis Obat Penenang, Pria Magelang Meninggal di Terminal Klaten

H menjelaskan belasan siswa itu kini masih mengikuti kegiatan pembelajaran seperti biasa. Dia menegaskan kekerasan maupun bullying tak dibenarkan terjadi di lingkungan sekolah.

Apalagi, sekolah yang dia pimpin menjadi salah satu sekolah penggerak. Akan ada pembinaan khusus kepada M pascakejadian tersebut.

“Saya sebagai pengelola sekolah meyakinkan bahwa itu tidak akan terjadi lagi di sekolah,” jelas H.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif