SOLOPOS.COM - Suasana rumah Joko Siswoyo di Dukuh Simo RT 002 RW 001, Desa Simo, Kecamatan Simo, Boyolali, Minggu (7/5/2023) siang. (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Kepergian Joko Siswoyo, 23, guru MI Al-Islam 3 Ngesrep, Boyolali, yang ditemukan meninggal di Sungai Bengawan Solo, wilayah Kebakkramat, Karanganyar, Kamis (4/5/2023), meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan orang-orang dekatnya.

Pantauan Solopos.com, Minggu (7/5/2023) atau tiga setelah Joko ditemukan meninggal, kursi plastik warna putih masih menumpuk di halaman rumah duka, Dukuh Simo RT 002 RW 001, Desa Simo, Kecamatan Simo, Boyolali. Namun, kondisi rumah itu tampak sepi.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Hanya ada kakak ipar Joko yang duduk di teras depan. Tak berselang lama, sang ayah, Komarudin, yang bercelana pendek di bawah lutut dan kaus berkerah juga keluar ke teras.

Ia tak banyak bicara, lelaki yang sehari-hari berjualan angkringan di timur Tugu Pelajar Simo tersebut hanya mengatakan ia ikhlas atas kepergian anaknya. Namun, ia mengaku langsung lemas setiap kali mengingat cara meninggal guru MI Al-Islam 3 Ngesrep, Boyolali, itu yang menurutnya tragis, di Bengawan Solo.

Komarudin masih trauma. Ia mengingat Joko dengan mata yang berkaca-kaca. Komarudin mengingat anak laki-lakinya tersebut sebagai anak yang baik. Joko turut menjadi pilar ekonomi keluarganya.

Tak hanya membantu orang tuanya, Joko juga menjadi tulang punggung bagi dua anak yatim dari saudaranya yang tinggal di sebelah kediaman keluarga Joko. Sesaat kemudian keluar ibunda Joko, Siti Kotijah, dari dalam rumah.

Perempuan yang disapa Tijah itu berjalan menggunakan kursi roda. Ia terkena stroke sehingga harus duduk di kursi roda. Kondisi belum pulih dan masih harus kontrol rutin ke RSUD Simo.

Keluarga Kurang Mampu

“Saya serahkan kasus ini kepada kepolisian,” ujar Komarudin singkat di tengah perbincangan dengan Solopos.com yang didampingi Sekretaris Desa Simo, Jonet Anton Andriyanto, Minggu siang.

Sekdes Jonet pun berusaha membesarkan hati Komarudin. Seusai berbincang kurang lebih 15 menit, Solopos.com bersama Jonet pun bergegas pamit karena tak ingin mengganggu keluarga yang sedang berduka itu terlalu lama.

Jonet yang juga tetangga satu RT mengaku mengenal guru MI di Boyolali yang meninggal di Sungai Bengawan Solo itu sebagai pribadi yang baik, pendiam, taat kepada orang tua, dan berbakti. Ia juga tak pernah mendengar satu kabar pun tentang Joko yang berbuat jahat atau nakal.

“Berbakti dalam artian yang seluas-luasnya karena saya melihat misal dari sisi ekonomi, keluarga ini tergolong kurang mampu. Namun, kondisi seperti itu, keluarga tidak putus asa untuk berusaha mengangkat derajat pendidikan Mas Joko sampai lulus UTP [Universitas Tunas Pembangunan Solo],” ujarnya.

Joko juga dikenal memberikan timbal balik atas jasa orang tuanya yaitu dengan membantu perekonomian keluarganya. Setiap hari selepas Asar, Joko biasa membantu sang ayah mendorong gerobak angkringan hingga satu kilometer menuju perempatan Tegalrayung, Simo.

Jonet tahu keluarga Komarudin sangat terpukul dan kehilangan sosok guru MI di Boyolali yang meninggal di Sungai Bengawan Solo itu. Setiap sore, biasanya Joko yang membantu Komarudin mendorong gerobaknya melewati tanjakan dekat rumah mereka yang cukup curam.

Penanganan Kasus di Kepolisian

Tenaga Komarudin tak seperkasa waktu muda, sehingga harus dibantu anak laki-laki satu-satunya tersebut. “Keluarga tentu sangat kehilangan dan terpukul karena momen-momennya serba-bersamaan. Momen bahagia ketika Mas Joko diwisuda, itu momen membahagiakan bagi keluarga. Lalu di waktu singkat harus kehilangan dengan cara yang kejam,” jelasnya.

Joko diketahui baru lulus dari UTP Solo pada 2022. Pemuda itu kuliah di jurusan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK). Ia kemudian menjadi guru MI Al-Islam 3 Ngesrep, Ngemplak Boyolali.

Jonet pun berharap kepolisian dan media dapat mengawal kasus Joko Siswoyo sampai tuntas. “Saya juga tidak bisa berprasangka buruk terhadap siapa pun dan institusi mana pun sebelum kasus ini terang benderang. Saya harap masyarakat juga tidak berspekulasi dengan segala isu yang berkembang di masyarakat saat ini,” kata dia.

Seperti diberitakan sebelumnya, Joko Siswoyo yang merupakan guru MI di Boyolali ditemukan meninggal dunia di Sungai Bengawan Solo wilayah Kebakkramat, Karanganyar, Kamis (4/5/2023). Dari sekolah tempatnya mengajar Joko diketahui absen tanpa keterangan sejak Rabu.

Di sisi lain, polisi menemukan tanda-tanda bekas kekerasan pada jasad Joko. Namun, penyidik Polres Karanganyar masih menunggu hasil autopsi untuk mengetahui penyebab pasti meninggalnya Joko.

Polisi juga sudah memeriksa salah rekan Joko sekaligus orang terakhir yang melihat Joko dalam kondisi hidup. Namun status teman tersebut masih sebagai saksi. Polisi juga mengamankan tiga barang milik Joko sebagai barang bukti, yakni sepeda motor, pakaian, dan sandal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya