Soloraya
Selasa, 9 Mei 2023 - 18:23 WIB

Guru MI di Boyolali Dibunuh, Kriminolog: Nekat karena Iri & Temperamen

Dhima Wahyu Sejati  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kapolres Karanganyar, AKBP Jerrold Hendra Yosef Kumontoy, menggelar jumpa pers kasus pembunuhan dengan korban guru olahraga Madrasah Ibtidiah (MI) Al Islam 3 Ngesrep, Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Joko Siswoyo, 23, di Mapolres Karanganyar pada Senin (8/5/2023). (Solopos.com/Indah Septiyaning Wardani)

Solopos.com, SOLO—Kasus pembunuhan Guru Olahraga di MI Al Islam 3 Ngesrep, Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Joko Siswoyo, 23, menggegerkan publik. Hal ini karena korban dalam kondisi masih hidup saat dibuang ke Bengawan Solo.

Pelaku tega menghabisi korban karena merasa sakit hati. Pasalnya, korban membuat status Whatsapp dengan memasang foto tersangka Agung Nugroho. Di status tersebut korban menambahi caption “Info Cah Jebres Wong Ruwet Iki”.

Advertisement

Atas alasan tersebut Agung Nugroho, 20, warga Jagalan, Jebres, Solo tega menyiksa dan membunuh temannya. Dia tidak sendiri, palaku dibantu Gilang Adi Pratama, 20, yang merupakan warga Desa Jati, kecamatan Jaten, Karanganyar.

Kriminolog yang juga akademisi Fakultas Hukum UNS Solo, Riska Andi, menyebut memang biasanya pembunuhan diawali dengan rasa sakit hati, termasuk kecemburuan atau iri dengki yang berlebihan.

Advertisement

Kriminolog yang juga akademisi Fakultas Hukum UNS Solo, Riska Andi, menyebut memang biasanya pembunuhan diawali dengan rasa sakit hati, termasuk kecemburuan atau iri dengki yang berlebihan.

“Sebelumnya juga dia [pelaku biasnya] mempunyai watak temperamen, nah itu berawal dari hal kecil itu dulu,” kata dia ketika dihubungi Solopos.com, Selasa (9/5/2023).

Dia menyebut pelaku pembunuhan biasanya tidak banyak memiliki kegiatan atau pekerjaan. Bisa jadi, menurutnya, pelaku tidak memiliki keterampilan kerja atau tidak memiliki keinginan untuk hidup lebih maju.

Advertisement

Faktor lain yakni ekonomi. Pelaku biasanya memiliki latar belakang ekonomi yang tidak cukup. Dia mengalami ketimpangan sosial-ekonomi, di sisi lain dorongan untuk memenuhi keinginan atau gaya hidup juga dominan. “Cara pencegahannya mudah, kita bersyukur apa yang kita dapat, entah itu kecil, entah itu besar,” lanjut dia.

Meski begitu, Riska menegaskan faktor ekonomi bukan menjadi penyebab dominan kenapa orang tega membunuh temannya sendiri. Sebab ada beberapa kasus pembunuhan dan pelaku adalah orang kaya. Menurut dia, kepribadian atau faktor dalam diri itu lebih dominan.

“Walaupun dia cukup, punya mobil tapi melihat temannya mobilnya lebih bagus, dia merasa tidak puas. Jadi yang paling dominan adalah faktor pada dirinya sendiri, ini menjelasakan bahwa kejahatan itu berdasarkan dirinya sendiri, ditambah faktor lain menyusul, seperti ekonomi yang pas-pasan, dan ada faktor ketidakpuasan,” terang dia.

Advertisement

Dari rasa iri dan kepribadian yang temperamental hingga menimbulkan kekerasan itu, muncul rasa dendam. Menurut dia, kemungkinan si pelaku tidak hanya sekali itu saja merasakan sakit hati, namun berkali-kali.

“Motif dendam memang paling umum, siapa tahu dulu korban pernah menyakiti hati si pelaku, bisa saja, kita kan tidak tahu,” ujar dia.

Terkait proses hukum, Riksa mengatakan pemeriksaan kejiwaan harus dari dokter yang independen dan ditunjuk langsung oleh negara. “Kalau diperiksa kejiwaan yang memeriksa harusnya dokter yang ditunjuk dan yang menilai nanti hakim, penegak hukum, dalam hal ini kepolisian, tidak boleh melakukan  melakukan itu sendiri ya,” kata dia. 

Advertisement

Dia menjelaskan kalau kejiwaannya tidak normal, memang secara hukum pidana masuk dalam kategori tidak mampu dalam bertanggung jawab. “Kalau dia ternyata terbukti gila dia masuk kategori tidak bisa bertanggungjawab, jadi tidak bisa dipidana, secara subjek tidak bisa,” lanjut dia.

Menurutnya pelaku pembunuhan bisa saja mendapat keringanan hukuman. Biasanya hal itu dinilai dari proses persidangan. “Terkait dengan peringan hukuman nanti pelaku kooperatif tidak, mengakui perbuatannya tidak, lalu dia mau minta maaf, itu mungkin bisa diringankan,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif