Soloraya
Senin, 31 Oktober 2022 - 12:54 WIB

Hadapi Ancaman Kebakaran, 104 Siswa Disabilitas Ikuti Simulasi di Ceper Klaten

Taufiq Sidik Prakoso  /  Ponco Suseno  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) Dharma Anak Bangsa, Desa Kurung, Kecamatan Ceper mengikuti simulasi kebakaran yang digelar BPBD Klaten dan Satpol PP dan Damkar Klaten, Senin (31/10/2022).

Solopos.com, KLATEN — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten berkolaborasi dengan Satpol PP dan Damkar Klaten menggelar simulasi bencana kebakaran di Sekolah Luar Biasa (SLB) Dharma Anak Bangsa, Desa Kurung, Kecamatan Ceper, Senin (31/10/2022). Kegiatan itu menjadi rangkaian peringatan bulan pengurangan risiko bencana (PRB).

Simulasi melibatkan 104 siswa terdiri dari penyandang disabilitas rungu, grahita, serta ganda. Kegiatan juga diikuti 15 guru.

Advertisement

Tujuan kegiatan itu untuk meningkatkan kewaspadaan dan pengetahuan atau kemampuan apabila terjadi bencana kebakaran bagi guru dan siswa yang merupakan siswa berkebutuhan khusus.

“Dari kegiatan ini, guru atau pendamping diharapkan memiliki gambaran berupa SOP ketika ada kejadian kebakaran sehingga dapat melakukan tindakan yang tepat, khususnya pola evakuasi bisa terjadi ancaman kebakaran di sekolah,” kata Kepala Pelaksana BPBD Klaten, Sri Winoto, berdasarkan rilis yang diterima Solopos.com.

Simulasi bencana selama ini lebih banyak dilakukan di sekolah umum. Sementara, potensi ancaman bencana bisa terjadi di semua satuan pendidikan.

Advertisement

Baca Juga: Satu Rumah di Jebugan Klaten Terbakar, 2 Orang Meninggal Dunia

Oleh karena itu simulasi ini penting dilakukan. Dari 16 SLB di Klaten, baru pertama kali ini diselenggarakan simulasi kebakaran di Kabupaten Bersinar.

“Sehingga di antara undangan yang hadir adalah perwakilan SLB di Klaten untuk bisa menerapkan SOP Kebakaran di sekolah masing-masing,” kata Winoto.

Advertisement

Apabila terjadi bencana, penyandang disabilitas memiliki risiko dua kali lebih besar daripada nondisabilitas. Hal itu lantaran keterbatasan mobilitas, minimnya akses, kurangnya informasi, serta kurangnya SOP bencana yang dipahami oleh pendamping, keluarga, guru bahkan siswa berkebutuhan khusus.

Simulasi bencana bagi mereka yang berkebutuhan khusus, utamanya penyandang disabillitas diharapkan dapat memberikan standar evakuasi bencana. Hal itu khususnya menghadapi potensi kebakaran di satuan pendidikan yang memiliki siswa berkebutuhan khusus.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif