Soloraya
Minggu, 22 Desember 2013 - 12:30 WIB

HAMA TANAMAN : Warga Cepogo Hadapi Monyet dengan Bazoka

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi serangan monyet (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, BOYOLALI — Produksi hasil pertanian di wilayah Cepogo, Boyolali, sepanjang tiga tahun terakhir, merosot akibat serangan monyet atau kera yang semakin hari semakin mengganas. Petani mulai gerah dan terus berusaha mencari solusi atas hama tanaman mereka itu, termasuk menggunakan senapan bazoka.

Setelah upaya membuat pagar jaring dinilai tidak optimal, petani di wilayah Cepogo, khususnya Dusun Wonopedut, Desa Wonodoyo, menggandeng Sukarelawan Batu Seribu untuk menyosialisasikan cara mengusir kera dengan alat senapan bazoka.

Advertisement

Koordinator Operasi Pengurangan Risiko Bencana (OPRB) Desa Wonodoyo Sumardi menyampaikan hampir 300 haktare lahan petani di Wonopedut, Wonodoyo di serang kera. Lahan itu milik sekitar 200-an petani yang ada di Dusun Wonopedut. Dia menyebut, kera adalah sumber bencana terbesar di kawasan tersebut.

“Kami memperkirakan, karena wilayah ini termasuk wilayah paling aman dari abu Merapi, maka kera-kera itu mencari makan di kawasan kami,” kata Sumardi, saat ditemui Solopos.com, di sela-sela agenda Giat Relawan Batu Seribu mengusir Kera di Wonodoyo, Cepogo, Minggu (22/12/2013).

Menurut Sumardi, serangan hama kera ini sudah terjadi sejak tahun 2010 dan saat ini kondisinya semakin mengganas. Alhasil, lanjut dia, hasil panen sayuran merosot hingga 50%. Semua jenis sayuran, mulai dari bawang merah, sawi, brokoli, hingga tembakau pun di makan.

Advertisement

Salah seorang petani di Wonopedut, Slamet, punya lahan seluas 1 ha. Menurut dia, serangan kera ini sudah terjadi hampir tiga tahun terakhir. “Dan selama ada serangan kera, hasil panen saya sangat minim. Paling hanya Rp300.000 sekali panen. Kami rugi besar.” Padahal, lanjut Slamet, sebelum ada serangan kera dia bisa memetik hasil panennya hingga Rp4 juta.

Kooridinator Sukarelawan Batu Seribu, Lhesus Triyatno, menjelaskan kelompok sukarelawan itu sudah berulang kali melakukan misi kemanusiaan untuk mengusir serangan hama kera bahkan gajah sekalipun. Batu Seribu mempunyai alat yang disebut bazoka. Fungsinya untuk memburu kera dan gajah. “Dan alat ini sudah pernah dipakai untuk pengusiran kera di Bulu, Weru, Sukoharjo.”

Alat tersebut, jelas dia, hanya berfungsi mengusir kera dan tidak membunuh. “Memang, setelah kera ini diusir dengan alat bazoka, tiga hari lagi bisa kembali. Maka setelah ini kami juga akan memberikan sosialisasi kepada warga dan petani untuk bisa membuat alat ini sendiri.”

Advertisement

Secara harfiah, bazoka bermakna meriam sandang berbentuk tabung, panjangnya sekitar 1 m, dan digunakan untuk menembak tank, mobil lapis baja, dan sebagainya. Namun, bazoka milik Sukarelawan Batu Seribu nyaris seperti mainan anak-anak yang jika ditembakkan akan mengeluarkan bunyi yang sangat keras. “Begitu bunyi, kera akan lari tunggang-langgang.”

Pada kegiatan sukarelawan tersebut, lanjut Lhesus, dia membawa sekitar 25 personel dengan jumlah alat mencapai 20 bazoka. Relawan melibatkan ratusan warga dan petani bahkan aparat setempat. “Jadi total ada sekitar 300 orang yang dikerahkan untuk mengusir kera.”

Anggota Sukarelawan Batu Seribu Dwi Bambang Marjoko menambahkan pembuatan alat bazoka sangat mudah dan murah ketimbang membeli senapan. Bahkan, bahan-bahan yang dipakai hanya limbah, seperti 14 kaleng susu bekas, dan pemantik yang diambil dari bekas pemantik kompor gas. “Biaya pembuatan hanya Rp60.000 hingga Rp70.000. Kemudian, bahan bakar yang dipakai hanya spiritus.”

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif