SOLOPOS.COM - Persawahan di wilayah Selogiri, Wonogiri. (JIBI/SOLOPOS/Trianto Hery Suryono)

Persawahan di wilayah Selogiri, Wonogiri. (JIBI/SOLOPOS/Trianto Hery Suryono)

WONOGIRI – Hama tikus mulai mengancam 112 hektare lahan tanaman padi di Desa Pule, Desa Jaten, dan Kelurahan Kaliancar, Kecamatan Selogiri. Bahkan, dua pekan ini 12 hektare padi telah diserang.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Pada masa tanam (MT) I kali ini, lebih dari 500 hektare tanaman padi dibudidayakan di tiga desa/kelurahan tersebut. Pengamat Hama dan Penyakit Kecamatan Selogiri Balai Pelindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Provinsi Jawa Tengah, Sugiyarto, mengatakan serangan tikus mulai terjadi dua pekan terakhir. Menurutnya, tikus menyerang tanaman padi berusia 25-40 hari. Hama tersebut memakan batang padi sehingga tanaman urung tumbuh.

Serangan tikus bisa membuat padi gagal tumbuh, bisa juga berdampak pada molornya masa panen. “Petani yang sudah menyadari ada serangan sudah melapor. Kami juga sudah menyalurkan obat hama. Sekarang serangan sudah agak mereda, tapi sekitar 112 hektare masih terancam,” ungkap Sugiyarto, Senin (14/1/2013).

Dia mengungkapkan sejak ada laporan serangan tikus, obat pembasmi tikus telah disalurkan. Sebanyak 30 kilogram (kg) obat tikus sudah diberikan kepada petani Desa Pule, 20 kg obat diserahkan kepada petani Desa Jaten, dan 1 kg diberikan kepada Kelompok Tani Sumber Rezeki, Kelurahan Kaliancar. Obat tikus tersebut diberikan BPTPH secara gratis.

Pihaknya juga telah mengimbau petani menjaga kebersihan dan memperhatikan sanitasi, misalnya dengan membabat habis rumput dan tanaman semak lain yang biasanya tumbuh liar di pematang sawah. Pematang sawah yang dekat aliran sungai makin berpeluang menjadi sarang tikus. Menurut Sugiyarto, rumput dan semak menjadi tempat persembunyian tikus. “Lubang persembunyian juga biasanya ada di situ. Makanya kami imbau itu dibersihkan,” imbuhnya.

Bendahara Kelompok Tani Sumber Rezeki, Sakiyo, menyatakan hama tikus menyerang lahannya sejak beberapa hari terakhir. Usia tanaman padinya saat ini 45 hari. “Beberapa batang padi rusak, untungnya tidak semuanya. Kami sudah swadaya mengatasi tikus, tapi belum semua berhasil. Karenanya saya ke kantor minta bantuan obat,” ujar dia.

Sakiyo menambahkan obat tersebut rencananya akan disebar di sejumlah titik di pematang sawah agar dimakan tikus. Dia juga berencana mencampur obat itu dengan ikan asin. Biasanya, tikus yang menyantap obat tersebut akan mati dalam beberapa hari. Sakiyo mengakui hanya itu upaya yang bisa dilakukan. Di usia padi yang masih muda tidak mungkin dilakukan gropyokan karena bisa merusak tanaman.

Sementara itu, Camat Selogiri, Bambang Haryanto, meminta petani di tiga desa itu waspada dan mengantisipasi kemungkinan terburuk. Pasalnya, dampak serangan tikus bagi kelangsungan budi daya padi secara keseluruhan bisa fatal. “Bisa menyebabkan masa panen mundur, sehingga membuat MT II dan III ikut mundur. Nanti MT III petani bisa rebutan air. Belum lagi, kalau ada petani yang memilih pakai bibit cabutan dari daerah lain yang membawa penyakit. Itu bahayanya,” terang Bambang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya