Soloraya
Senin, 29 Juli 2013 - 22:30 WIB

HAMA TIKUS : 223 Hektare Sawah di Klaten Diserang, 21 Hektare Puso

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, KLATEN — Seluas 223 Hektare (Ha) tanaman padi di Klaten terserang hama tikus pada tengah bulan (TB) I Juli. Dari 223 Ha itu, 21 Ha di antaranya mengalami gagal panen atau puso karena serangan hewan pengerat yang jumlahnya sangat banyak.

Koordinator Pengandali Hama dan Penyakit Tanaman Dinas Pertanian (Dinpertan) Klaten, Sunarno, mengungkapkan hama tikus itu mayoritas menyerang sawah yang ada di wilayah UPTD 2 seperti Delanggu, Polanharjo, Wonosari, Juwiring dan Karanganom.

Advertisement

“Dari luas 14.134 Ha tanaman padi yang ada di Klaten, 223 hektar di antaranya diserang hama tikus. Serangan didominasi di daerah UPTD 2,” ungkapnya saat ditemui Solopos.com di ruang kerjanya, Senin (29/7/2013). Secara rinci, 223 Ha yang diserang hama tikus itu terdiri atas 158 Ha rusak ringan, 44 Ha rusak sedang dan 21 ha puso.

Kerusakan paling parah akibat hama tikus ada di Karanganom dengan 69 Ha, Delanggu 48 Ha, Wonosari 22 Ha, Juwiring 8 Ha dan Polanharjo 6 Ha. Tidak hanya itu, sebab serangan hama tikus masih mengancam 1.074 hektar yang ada di seluruh Klaten, di antaranya 292 Ha di Karanganom, Juwiring 50 Ha, Wonosari 88 Ha, Delanggu 106 Ha dan Polanharjo 81 Ha.

“Seluas 1.074 hektar tanaman padi itu memang belum terkena, namun berpotensi diserang hama tikus jika tidak kami damping,” imbuhnya. Sementara, pada TB I Juli ini, Dinpertan Klaten berhasil mengendalikan 457 Ha dari serangan hama tikus baik melalui pemusnahan, pestisida, maupun cara-cara lain.

Advertisement

Menurutnya, UPTD 2 menjadi wilayah yang paling banyak diserang tikus karena di wilayah itu tersedia pakan yang selalu siap.

“Tanaman yang terus menerus tidak diselingin dengan tanaman lain, sehingga tikus banyak berkembang biak,” ungkapnya.

Selain itu, pola tanam yang tidak serentak di wilayah itu juga menyebabkan tikus cepat berkembang biak. Pasalnya, tikus bisa berpindah tempat sesuai dengan persediaan makanan yang ada. Selang 40 jam setelah melahirkan, sambung Sunarno, tikus sudah kawin lagi dan siap melahirkan 6-12 ekor anak.

Advertisement

Sunarno menuturkan pola tanam dan gropyokan secara serentak harus kembali digalakkan untuk menghambat perkembangbiakan tikus. Selai itu, pemusnahan tikus dengan menggunakan jaring dan bubu juga bisa dilakukan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif