Soloraya
Jumat, 8 Juni 2012 - 15:55 WIB

HAMA TIKUS Mengganas, Petani Gropyokan

Redaksi Solopos.com  /  Suwarmin  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi (dok/Espos)

ilustrasi (dok/Espos)

KLATEN– Mengganasnya tikus yang memakan padi, membuat sejumlah petani di Desa Jetiswetan, Kecamatan Pedan, geram. Mereka melakukan gropyokan atau pembasmian tikus secara serentak, Jumat (8/6) pagi.

Advertisement

Puluhan petani yang tergabung dalam kelompok tani Makmur Desa Jetiswetan, secara serempak membasmi tikus yang sudah beberapa pekan belakangan memakan padi yang ditanam oleh petani. Padahal padi tersebut ada pula yang sudah siap panen. Pasalnya bila tidak segera dibasmi, tikus tersebut bisa semakin menjalar ke berbagai daerah dan semakin banyak padi yang dimakan.

Pantauan <I>Espos<I> di sawah desa setempat, Jumat pagi, para petani membasmi tikus tersebut dengan cara mencari lubang jalan tikus yang biasanya berada di pinggir <I>galengan<I>. Lubang tersebut lalu dimasukkan asap dari sisa pembakaran belerang. Tujuan dari pengasapan itu yakni agar tikus-tikus yang masih berada di dalam lubang tersebut bisa keluar. Atau setidaknya tikus tersebut bisa mati di dalam lubang.

Salah satu petani Desa Jetiswetan, Sarimin, 51, mengatakan tikus tersebut menyerang padi yang masih berusia dua pekan. Sepekan sekali setidaknya ia melakukan emposan di lahan padi miliknya maupun petani di sekitar. “Kalau masih ada saja serangan tikus, maka hasil panen bisa terancam. Saya perkirakan 50 persen lebih bisa berkurang akibat serangan tikus ini,” ujar Sarimin saat ditemui wartawan di sawah desa setempat, Jumat pagi.

Advertisement

Hal senada juga diungkapkan petani lain, Hardiyono, 43. Bila semua petani bisa panen semua, maka dari lahan yang ditanami padi itu, setidaknya bisa menghasilkan satu ton gabah kering. Untuk sementara ini ia dan beberapa petani lain memang tengah berkonsentrasi untuk pembasmian hama tikus. Sedangkan serangan wereng di desa tersebut masih nihil.

Sementara itu, petugas pertanian Kecamatan Pedan, Joko Siswanto, menerangkan saat musim tanam pertama, yakni pada pencanangan padi jenis Inpari 13, sebetulnya sudah muncul hama tikus tersebut. Karena pembasmiannya tidak maksimal, maka pada musim tanam berikutnya tikus itu masih ada.

Lebih lanjut ia mengatakan, pada musim tanam ini, setidaknya petani sudah melakukan gropyokan antara 6-7 kali. “Kalau tidak dengan cara gropyokan seperti ini, dikhawatirkan nanti tidak bisa panen karena umur padinya rata-rata sudah 80 hari,” katanya. Di Pedan sendiri lebih kurang 48 hektare lahan sawah yang berada di tiga desa, terserang tikus. Saat ini masih ada sekitar 13 hektare sawah di tiga desa, yakni Desa Jetiswetan, Jatimulyo dan Ngaren, yang masih terserang tikus.

Advertisement

Advertisement
Kata Kunci : Gropyokan Klaten Tikus
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif