Soloraya
Kamis, 22 Februari 2024 - 19:46 WIB

Hanebu Sauyun-Cap Go Meh, Akulturasi Budaya Jawa & Tionghoa di Mangkunegaran

R Bony Eko Wicaksono  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - KGPAA Mangkunagoro X memberikan keterangan kepada wartawan di Pracima Tuin, Kamis (22/2/2024). (Solopos.com/Bony Eko Wicaksono)

Solopos.com, SOLO–Pura Mangkunegaran bakal menggelar Hanebu Sauyun-Cap Go Meh selama tiga hari mulai Jumat-Minggu (23-25/2/2024).

Event budaya akulturasi Jawa dengan Tionghoa merupakan bagian dari peringatan Tingalan Jumenengan Dalem KGPAA Mangkunagoro X ke dua.

Advertisement

Acara itu melibatkan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Komite Tiongkok. Serangkaian kegiatan bakal digelar yang merupakan bagian dari Hanebu Sauyun Cap Go Meh. Mangkunegaran Makan-Makan seperti pesta gunungan, pertunjukan barongsai, dan festival kembang api.

Nantinya, ada juga bagi-bagi lontong Cap Go Meh di area Pamedan Mangkunegaran. “Jadi event ini menggabungkan unsur budaya Jawa dengan Tionghoa. Kebetulan ada tradisi Cap Go Meh yang merupakan akhir dari perayaan Imlek,” kata penguasa Pura Mangkunegaran, KGPAA Mangkunagoro X saat ditemui wartawan, Kamis (22/2/2024) sore hari.

Kegiatan menarik yang bakal menjadi puncak acara, yakni Royal Golden Dinner di Pendapi Ageng Pura Mangkunegaran pada Sabtu (24/2/2024) malam.

Advertisement

Menurut Mangkunagoro makanan dan minuman yang disajikan merupakan akulturasi Jawa dan Tionghoa. Hal ini simbol keterbukaan Pura Mangkunegaran terhadap budaya lain yang harus dijaga dan dikembangkan.

Acara tersebut direncakan dihadiri sejumlah tokoh nasional di Tanah Air. “Undangan bersifat terbatas. Ada acara pelepasan ikan koi saat royal dinner. Kami mengundang sejumlah tokoh nasional seperti Ketua Kadin Indonesia Komite Tiongkok, Boy Tahir dan Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka,” kata dia.

Keesokan harinya, acara dilanjutkan dengan lokakarya meramu teh dan pertunjukan wayang potehi di Pracima Tuin. Selama ini, Pura Mangkunegaran berupaya lebih mendekatkan dengan masyarakat.

Advertisement

Tentunya, mengenalkan beragam potensi sehingga masyarakat lebih mengenal dan menjaga kebudayaan Jawa.

Mangkunagoro X mengatakan penggalian dan pengembangan budaya diawali dengan riset atau penelitian. “Pengembangan terus dilakukan tanpa meninggalkan akar sejarah dalam merawat budaya Praja Mangkunegaran. Kerabat keluarga dan abdi dalem memiliki peran penting dalam menjaga budaya,” ujar dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif