Soloraya
Selasa, 6 September 2022 - 12:59 WIB

Harga BBM Naik, Pengemudi Bentor Sragen Tak Berani Naikkan Tarif

Tri Rahayu  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para pengemudi becak motor (bentor) di dekat simpang empat Spesial Sragen memakir becaknya saat mangkal menunggu penumpang, Selasa (6/9/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) berimbas pada meningkatnya biaya operasional para tukang becak bermotor atau bentor di Kabupaten Sragen. Meski demikian mereka tak berani menaikkan tarif karena khawatir tak dapat penumpang. Akhirnya bentor berdasarkan harga kesepakatan dengan penumpang.

Seorang tukang bentor asal Bulaksari, Tangkil, Kecamatan Sragen, Saiman, 59, mengaku kini tak banyak orang yang mau naik bentor. Sudah tiga hari ini Saiman tak mendapatkan satu pun penumpang.

Advertisement

“Dua hari tidak bawa uang pulang sudah biasa. Kalau saya terserah Allah yang mengatur rezeki sajalah. Jadi sedapatnya karena sekarang banyak orang punya motor sehingga jarang yang menggunakan jasa bentor,“ ujar Saiman saat ditemui Solopos.com, Selasa (6/9 /2022), saat mangkal di timur Taman Krido Anggo sambil mendengarkan musik dari ponselnya.

Saiman mengaku sudah menjadi tukang becak sejak 1994 silam. Kondisi senada diungkapkan Pardi, 56, tukang bentor asal Siwalan, Desa Bandung, Kecamatan Ngrampal, Kabupaten Sragen, yang mangkal di timur simpang empat Spesial. Ada tujuh orang tukang bentor yang mangkal di seputaran simpang empat Spesial.

Baca Juga: DPP Organda Minta Pemerintah Tegas dalam Penyesuaian Tarif Angkutan

Advertisement

Setelah naiknya harga pertalite dari Rp7.650/liter menjadi Rp10.000/liter, kata dia, otomatis biaya operasional bentor menjadi naik. Dia mencoba menaikan ongkos dari simpang empat Spesial ke Pasar Kota Sragen yang biasanya Rp5.000 per orang menjadi Rp7.000 per orang. Tapi ternyata penumpangnya tidak mau.

“Biasanya memang Rp5.000/orang. Saya hanya minta naik jadi Rp7.000/orang ternyata penumpang memilih tak mau naik bentor. Ya, akhirnya tetap kembali pada ongkos semula, berdasarkan kesepakatan. Sejak pagi sampai pukul 11.00 WIB sudah menarik dua orang hanya dapat Rp10.000, itu sudah habis untuk makan,“ jelasnya.

Pada Senin (5/9/2022) lalu, Pardi mengaku hanya dapat Rp20.000 dari pagi hingga pukul 15.00 WIB. Dia mengatakan dari uang itu untuk beli bensin Rp10.000, sisanya Rp10.000 sudah habis untuk makan. Jadi Pardi tak membawa uang saat pulang.

Advertisement

Baca Juga: Pengamat: Anggaran Subsidi Transportasi Umum ke Daerah Rawan Penyelewengan

“Kalau dulu mencari penumpang mudah. Sekarang banyak orang punya motor dan ponsel. Daripada naik bentor memilih telepon keluarga untuk dijemput,“ keluh Pardi yang menjadi tukang becak selama 30 tahun itu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif