Harga BBM diminta diturunkan seiring dengan penurunan harga minyak dunia.
Solopos.com, SOLO — Ormas Pro Jokowi (Projo) se-Soloraya mendesak pemerintah menurunkan harga jual bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Hal itu seiring turunnya harga minyak mentah dunia serta penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar.
Pernyataan itu disampaikan elemen Projo se-Soloraya bersama DPD Projo Jawa Tengah (Jateng) di sebuah restoran di wilayah Laweyan, Kamis (10/3/2016). Ketua DPD Projo Jateng, Sugeng Setyadi, menyatakan bakal mengirim surat terbuka pada Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Komisi VII DPR agar segera menurunkan harga BBM.
Menurut Sugeng, harga keekonomian BBM seperti premium saat ini sudah terlampau tinggi. Seusai kebijakan penurunan harga BBM awal Januari lalu, harga premium berada di angka Rp7.050 per liter dari sebelumnya Rp7.300 per liter.
Menurut Sugeng, harga keekonomian BBM seperti premium saat ini sudah terlampau tinggi. Seusai kebijakan penurunan harga BBM awal Januari lalu, harga premium berada di angka Rp7.050 per liter dari sebelumnya Rp7.300 per liter.
“Melihat harga minyak dunia yang kini di kisaran US$ 40 per barel, BBM bersubsidi mestinya bisa berada di kisaran Rp5.500 per liter. Apalagi nilai tukar rupiah kini menguat dan berada di bawah Rp13.500,” urainya.
Pertimbangan Matang
Ketua DPC Projo Boyolali, Nurbiantoro Sastro, memertanyakan selisih harga BBM yang harus dibayar konsumen dengan kondisi harga minyak dunia.
Menurut Nurbiantoro, selisih yang bisa mencapai Rp1.000 lebih per liter ini mestinya dapat dimanfaatkan untuk menggenjot pembangunan infrastruktur dan pemerataan ekonomi. “Sekarang kami bertanya, selisih harga tersebut selama ini lari ke mana?” tukasnya.
Di sisi lain, Nurbiantoro mendesak pemerintah tegas dengan kartel yang membuat harga bahan pangan, barang dan jasa stabil tinggi meski harga BBM turun.
“Tak hanya mengirim surat terbuka, kami akan menghadap DPR untuk membeberkan kondisi riil di lapangan. Kartel dan semacamnya harus dipangkas.”
Dalam surat terbuka Projo juga mendesak penurunan tarif dasar listrik. Mereka beralasan harga energi primer untuk pembangkit listrik seperti batu bara, gas dan solar juga mengalami penurunan.