Soloraya
Selasa, 29 Maret 2022 - 11:50 WIB

Harga Belut-Minyak Goreng Naik, Ini Rencana Pengusaha Keripik Sukoharjo

Magdalena Naviriana Putri  /  Sri Sumi Handayani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pembuat Keripik Belut Gedongan, Baki, Sukoharjo, Pramono, 42, saat ditemui di rumahnya Gedongan, Baki, Sukoharjo, Senin (28/3/2022). (Solopos/Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, SUKOHARJO — Pengusaha keripik belut khas Desa Gedongan, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah tidak goyah dengan kenaikan harga bahan baku dan minyak goreng.

Hanya saja, mereka mengaku pandemi Covid-19 mengurangi pendapatan hingga dua kali lipat dibanding penjualan biasa. Pengusaha keripik belut Gedongan, Baki, Sukoharjo, Annisa, 43, menyampaikan penurunan pendapatannya saat dihubungi Solopos.com pada Senin malam (28/3/2022).

Advertisement

“Drastis penurunannya selama pandemi. Biasanya satu bulan omzet penjualan mencapai Rp40 juta itu hari biasa. Kalau hari raya atau libur anak sekolah bisa dua hingga tiga kali lipat. Sekarang hanya sekitar Rp15 juta-Rp20 juta saja,” jelasnya.

Baca Juga : Keripik Belut Asal Gedongan Sukoharjo Laris Manis hingga ke Luar Jawa

Advertisement

Baca Juga : Keripik Belut Asal Gedongan Sukoharjo Laris Manis hingga ke Luar Jawa

Dia mengatakan sebelum pandemi bisa menjual hingga Magelang namun tidak dilakukan lagi selama pandemi. Annisa menyebut biaya operasional tidak memungkinkan dirinya menjual ke luar kota. Kini, dia hanya menjual ke toko oleh-oleh sekitar Solo dan Sukoharjo saja. Annisa mengaku sedang menjajal penjualan daring.

Ia mengaku terpaksa menaikkan harga keripik belut karena dampak kenaikan harga minyak goreng. Annisa menuturkan menggunakan minyak goreng kualitas super untuk menggoreng belut. Tetapi, dia mengklaim keripik belut bikinannya masih diminati pembeli.

Advertisement

Baca Juga : Omzet Usaha Emping Melinjo di Gumpang Kartasura Naik Saat Pandemi

Di desanya ada tujuh pengusaha keripik belut, namun dia mengaku tidak ada persaingan. Sebab, mereka memiliki ciri khas sendiri dan sering melakukan diskusi maupun mendatangi pameran bersama. Dia mengatakan tidak menggunakan bahan pengawet.

Harga Belut Naik-Turun

Ditemui terpisah, pembuat Keripik Belut Gedongan, Baki, Sukoharjo, Sri Lestari, 52, mengaku bertahan menjual keripik belut meskipun harga minyak goreng naik. Hal itu karena tidak memiliki pekerjaan lain.

Advertisement

Baca Juga : Pelaku UMKM Sukoharjo Menjerit Gegara Harga Minyak Goreng Rp24.000/L

“Hanya membuat keripik belut saja. Ya bertahan untungnya tidak seberapa. Kalau belut satu pekan sekali 50 kg, harga minyak dua kali lipat harga biasa dulunya Rp300.000-Rp325.000 per 17kg jadi Rp600.000 per 17 kg,” terangnya saat berbincang di rumahnya, Senin.

Dia mengaku kesulitan menaikkan harga keripik belut sebab tengkulak banyak yang memprotes. Hantaman tidak hanya datang dari minyak goreng. Ia menyebut harga belut sebagai bahan baku juga fluktuatif. Biasanya hanya Rp55.000 per kilogram tetapi ketika musim panen di sawah mencapai Rp70.000 karena sulit mendapatkan belut.

Advertisement

Baca Juga : Perajin Tahu Tempe Kartasura Belum Naikkan Harga Meski Kedelai Mahal

Ditemui terpisah, Kepala Desa (Kades) Gedongan, Baki, Sukoharjo mengatakan belum mendapat keluhan terkait dampak minyak goreng dan bahan baku belut dari pengusaha keripik belut. “Sementara tidak ada yang mengeluh [minyak goreng] ke [perangkat] desa. Kalau ada pasti dicarikan solusi. Soalnya Kades sendiri ngurusi mulai lair tekane kucir [dari lahir sampai meninggal seseorang],” terang Kades tiga periode itu saat ditemui Senin.

Dia berharap warganya terus diberikan kesehatan, ketentraman, dan kelancaran usaha. “Yang penting sehat, ayem tentrem, ajeg ndedet [selalu punya uang] istilah ya makan tiga kali sehari. Semoga pandemi segera berakhir jadi masyarakat bisa lebih lancar [usahanya],” jelasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif