SOLOPOS.COM - Penjual daging ayam di Pasar Boyolali Kota, Ita, melayani pembeli di lapaknya, Minggu (21/5/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Jawa Tengah, Parjuni, menilai harga daging ayam yang mencapai Rp38.000/kilogram (kg) di Pasar Boyolali Kota pada Minggu (21/5/2023) terlalu tinggi alias kelewat mahal.

Sedangkan harga telur ayam yang mencapai Rp31.000/kg di pasar saat ini dinilai harga itu masih kategori wajar karena harga telur di kandang Rp28.000-Rp28.500 per kilogram. “Kemudian dijual ke masyarakat dengan harga segitu [Rp31.000 per kilogram] masih normal. Karena rumusnya harga kandang plus Rp2.500-Rp3.000 maksimal,” jelasnya saat diwawancarai Solopos.com, Minggu.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Namun demikian, ia menilai harga daging ayam saat ini yang mencapai Rp38.000/kg terlalu tinggi. Ia menjelaskan harga ayam hidup dari kandang hanya Rp21.500-Rp22.000 per ekor sehingga harga daging ayam di pasar seharusnya di kisaran Rp34.000-Rp35.000 per kilogram.

“Kemungkinan itu ulah broker yang memainkan harga. Jadi kan ada pedagang besar yang mengambil langsung dari kandang tapi dijual ke pengecer, sehingga harganya tinggi,” kata Parjuni.

Parjuni mengungkapkan ada tiga penyebab tingginya harga telur dan daging ayam di pasaran saat ini termasuk di Boyolali. Namun, menurutnya penyebab paling dominan adalah harga pakan ayam.

Harga pakan itu terutama jagung yang menyumbang 50 persen komposisi pakan ayam. Harga jagung pada Januari-Maret Rp4.000 per kilogram. “April mulai merangkak sampai saat ini, ada di kisaran Rp5.500-Rp6.000 per kilogram,” ujarnya.

Menurut Parjuni, pabrik pakan mengambil margin keuntungan secara besar-besaran. Hal tersebut yang membuat harga daging ayam dan telur naik. Parjuni menjelaskan para peternak hanya membuat harga sesuai biaya produksi yang dikeluarkan.

Faktor Cuaca

Ia membandingkan harga pakan jadi untuk ayam broiler sebelumnya Rp7.800-8.000 per kilogram. Namun, pada 2023 ini naik menjadi Rp8.500-Rp8.700 per kilogram. Faktor kedua adalah berkurangnya populasi ternak, bahkan ada peternak yang gulung tikar.

“Kami sempat mengalami kerugian besar. Terus mulai bangkit. Namun peternak yang membuat replacement terlambat, termasuk untuk menambah populasi,” jelasnya.

Kondisi itu, kata Parjuni, membuat ayam-ayam yang seharusnya afkir dipaksakan untuk tetap memproduksi telur sampai akhirnya mulai April 2023 lalu ayam-ayam tersebut mau tidak mau harus afkir.

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi harga daging ayam dan telur termasuk di Boyolali adalah cuaca. Ia menjelaskan akhir-akhir ini cuaca sangat panas sehingga ayam mengalami penurunan produksi.

“Memang ayam yang di daerah dingin, konsumsi pakan lebih baik dibanding yang panas. Itu rumus alami dan hitung-hitungan peternak,” kata dia.

Lebih lanjut, Parjuni berharap pemerintah dapat mengerti cara menghitung harga pakan ayam secara riil. Ketika pemerintah tahu cara menghitungnya, mereka bisa menekan dan berdiskusi dengan pengelola pabrik pakan.

Jika paham cara menghitung harga pakan, lanjut Parjuni, pemerintah dapat mengintervensi harga pakan yang ditetapkan pabrik. Parjuni menilai saat ini pabrik pakan mengambil keuntungan tidak wajar.

Kambing Hitam Inflasi

Jika pabrik pakan tidak mengambil keuntungan terlalu besar, ia yakin harga telur dan daging ayam tidak akan setinggi saat ini dan tidak menjadi beban pemerintah dan masyarakat.

“Orang kan tahunya harga daging ayam dan telur tinggi, tapi tidak tahu komponen yang membuat tinggi apa. Selama ini telur dan daging ayam kan jadi kambing hitam untuk penyumbang inflasi,” jelasnya.

Salah satu pedagang ayam di Pasar Boyolali Kota, Ita, 44, menjelaskan harga daging ayam hidup dari peternak hampir sama dengan saat Lebaran 2023 yaitu Rp24.500 per ekor. Seharusnya pedagang bisa menaikkan harga daging ayam sampai Rp40.000/kg. Namun, menurut Ita, hal itu akan membuat daya beli masyarakat turun.

“Kalau Lebaran kan bisa mencapai Rp40.000 per kilogram karena banyak masyarakat yang butuh. Jadi ya laku-laku saja. Kalau ini dijual segitu ya takut enggak laku,” kata dia.

Akibat kenaikan harga itu, Ita mengatakan jika biasanya membawa seratusan kilogram daging ayam untuk dijual di Pasar Kota Boyolali, pada Minggu itu hanya membawa 70 kilogram.

Ita menduga tingginya harga daging ayam karena harga pakan ayam yang tinggi. Selain itu, ia memperkirakan kenaikan harga karena banyaknya orang yang memiliki hajatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya