Soloraya
Sabtu, 2 Januari 2021 - 05:00 WIB

Harga Kedelai Meroket, Produsen Tahu Boyolali Tetap Bertahan

Redaksi Solopos  /  Ahmad Baihaqi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah pekerja beraktivitas di rumah produksi tahu di Kanoman, Gagaksipat, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Selasa (29/12/2020). (Solopos/Bayu Jatmiko Adi)

Solopos.com, BOYOLALI -- Meski harga kedelai naik secara signifikan, namun produksi tahu di salah satu rumah produksi di daerah Kanoman, Desa Gagaksipat, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, tetap berjalan, Selasa (29/12/2020). Kenaikan harga kedelai disebut sebagai siklus yang sudah beberapa kali terjadi.

Berdasarkan pantauan Solopos.com, ada beberapa pekerja yang beraktivitas di rumah produksi tahu milik Budi Amiarso, yang berada di Kanoman. Suara mesin penggilingan kedelai terus menderu selama Solopos.com berada di lokasi itu, Selasa pagi. Ada yang sibuk menjaga api tungku agar tetap menyala. Ada pula yang sibuk mencetak tahu.

Advertisement

Dipakai Seojun True Beauty, Kolor Maung Ramai Dijual di Marketplace

Menurut Budi, tempat produksi tahu miliknya sejauh ini tetap berjalan meski berbagai tantangan mengadang beberapa waktu terakhir ini. Bukan hanya dampak pandemi Covid-19 tidak bisa dihindari, tapi harga kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu juga naik secara signifikan. Bahkan dia menyebut harga kedelai saat ini tidak masuk akal.

Sebab dari harga wajar antara Rp6.800/kg hingga Rp7.500/kg, saat ini sudah naik menjadi sekitar Rp9.000/kg, bahkan bisa lebih. "Setelah Pilkada kemarin naik menjadi sekitar Rp8.000/kg. Setiap hari ganti harga. Sekarang ini menjadi sekitar Rp9.000/kg," kata Budi.

Advertisement

Strategi

Menurutnya untuk menyikapi kondisi tersebut, para produsen tahu di Gagaksipat Boyolali lebih memilih untuk tetap berproduksi dengan strategi khusus. Dia yang juga sebagai sekretaris paguyuban produsen tahu Kanoman, mengatakan ada beberapa strategi yang dilakukan, salah satunya mengurangi porsi kedelai.

"Misalnya, kalau sebelumnya menggunakan kedelai 8,5 kg sampai 9 kg, diturunkan menjadi 7,5 kg sampai 8 kg. Porsinya kami kurangi, yang penting jalan. Masalah untung atau tidak, kami hanya bertahan. Kalau harga produk tidak berubah. Tapi ukurannya berubah," kata dia.

Hal itu dilakukan karena menurutnya tidak mudah menaikkan harga tahu. Dengan begitu pengrajin lebih memilih mempertahankan harga jualnya namun ukuran tahu yang sedikit susut.

Advertisement

Menurut Budi, naiknya harga kedelai kali ini bukan yang pertama kali terjadi. "Kalau para pengrajin mungkin sudah hafal, ini semacam siklus. Biasanya nanti turun lagi," kata dia.

Total Kasus Covid-19 Boyolali Capai 3.214 Orang, Masuk Zona Oranye

Salah satu penjual kedelai di Kanoman, Yusuf, mengatakan kenaikan harga kedelai sudah semacam siklus tahunan. "Biasanya setiap akhir tahun memang ada kenaikan," kata dia. Menurut informasi yang didapatnya, naiknya harga kedelai terjadi karena harga impor yang juga naik, serta ada kaitan dengan nilai dolar.

Meski harga jual naik, menurutnya sejauh ini stok barang masih aman. "Tahun lalu juga naik sampai Rp8.500/kg, sekitar dua pekan. Tapi saat itu penjualan di bawah lancar. Sekarang mungkin juga karena adanya Covid-19, jadi penjualan juga terpengaruh," kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif