Soloraya
Senin, 9 September 2013 - 18:05 WIB

HARGA KEDELAI NAIK : Takut Diobrak Abrik, Pedagang Tahu Takut Berjualan

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Lapak pedagang tahu dan tempe di Pasar Tegalgondo Klaten dibiarkan kosong karena takut diobrak abrik saat mogok produksi (Shoqib Angriawan/JIBI/Solopos)

Lapak pedagang tahu dan tempe di Pasar Tegalgondo Klaten dibiarkan kosong karena takut diobrak abrik saat mogok produksi (Shoqib Angriawan/JIBI/Solopos)

Solopos.com, KLATEN — Pedagang tempe dan tahu di Pasar Tegalgondo memilih tidak menggelar dagangan mereka pada Senin (9/9/2013). Mereka takut berjualan karena adanya kabar dagangan mereka akan diobrak-abrik oleh sesama pedagang tempe dan tahu jika nekat berjualan.

Advertisement

Pantauan Solopos.com, sama sekali tidak ada pedagang tempe dan tahu yang menggelar dagangan di Pasar Tegalgondo pada Senin pagi. Los pedagang tempe dan tahu yang terletak di sebelah utara pasar itu tampak sepi.

Hanya tampak sejumlah pedagang ayam potong dan makanan ringan di kawasan los tersebut. Berdasarkan informasi, sejak Senin pagi memang tidak ada pedagang tempe dan tahu yang berjualan di pasar itu.

Advertisement

Hanya tampak sejumlah pedagang ayam potong dan makanan ringan di kawasan los tersebut. Berdasarkan informasi, sejak Senin pagi memang tidak ada pedagang tempe dan tahu yang berjualan di pasar itu.

Tidak berselang lama, salah satu pedagang tahu di pasar itu, Suti, 65, tampak meninjau lokasinya berjualan.
Kepada Solopos.com, dia mengaku menerima surat edaran dari salah satu paguyuban tempe dan tahu di Sukoharjo. Surat edaran itu berisi ajakan untuk tidak berjualan pada Senin dan meminta dukungan aksi di Tugu Pancasila, Kartasura, Sukoharjo pada hari yang sama.

“Akhire, kulo  milih mboten dodol amargi krungu dagangane meh diobrak-abrik nek nekat dodol [Akhirnya, saya memilih untuk tidak berjualan karena mendengar ada kabar barang dagangan akan diobrak-abrik kalau nekat berjualan],” jelasnya kepada Solopos.com, Senin.

Advertisement

“Kulo sampai dereng maem goro-goro kabar iku [saya sampai belum sarapan karena khawatir dengan kabar itu],” katanya.

Untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, dia dan sejumlah pedagang tempe dan tahu akhirnya memilih untuk tidak berjualan. Padahal, pada Minggu dirinya sudah memproduksi lima ember tahu yang siap dijual pada Senin.

Tahu miliknya akhirnya dibiarkan di dalam rumah karena dia memilih libur berjualan pada Senin. Dia belum memutuskan apakah pada Selasa (10/9/2013) ini akan berjualan lagi atau tidak. Dia mengaku bingung dengan keadaan itu, pasalnya menjual tahu `merupakan satu-satunya pekerjaan yang dia miliki.

Advertisement

Tidak hanya pedagang tahu, penyuplai kebutuhan bahan baku pembuatan tahu dan tempe pun jadi enggan untuk membeli kedelai pada Senin.

Sementara, staf Pasar Tegalgondo, Sigit Nugroho, membenarkan sekitar 13 pedagang tempe dan tahu di pasar setempat tidak menggelar dagangan pada Senin.
“Kami tidak tahu secara pasti kenapa mereka tidak berjualan, namun pada Senin ini [kemarin] ada kabar mogok jual tempe tahu hampir di mana-mana,” katanya kepada Solopos.com di lokasi, Senin.

Sementara, hal serupa juga terjadi di Pasar Delanggu. Lurah Pasar Delanggu, Sukadi, mengatakan sekitar 12 pedagang tempe dan tahu di pasar tersebut tidak menggelar dagangan.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif