SOLOPOS.COM - Seorang pekerja sedang membuat tahu di pabrik pembuatan tahu milik Pamardi, 57, warga Desa Bendan, Banyudono, Boyolali. Sejumlah pengrajin tahu mengeluhkan kenaikan harga kedelai yang saat ini mencapai Rp8000/kg.(JIBI/SOLOPOS/Catur Andrianto)

Seorang pekerja sedang membuat tahu di pabrik pembuatan tahu milik Pamardi, 57, warga Desa Bendan, Banyudono, Boyolali. Sejumlah pengrajin tahu mengeluhkan kenaikan harga kedelai yang saat ini mencapai Rp8000/kg.(JIBI/SOLOPOS/Catur Andrianto)

BOYOLALI – Terus naiknya harga kedelai yang di Boyolali mencapai Rp8.000/kg berdampak pada para perajin tahu di wilayah itu seperti misalnya di Desa Bendan, Banyudono.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Menurut salah satu perajin tahu, Apri, 33, kenaikan harga kedelai terjadi sejak dua hari yang lalu. “Sebelum puasa harga kedelai Rp7.400/kg. Itu termasuk mahal. Sabtu lalu saya di telepon distributor kedelai dari Pasar Legi Solo harganya sudah Rp7.800/kg. Cepat sekali naiknya,” keluhnya kepada Solopos.com. Dia menambahkan, sekali produksi ia membutuhkan tiga kuintal kedelai. Saat terjadi kenaikan harga dirinya akan mengurangi kapasitas produksinya.

“Biasanya saya produksi tiga kuintal per hari, karena sekarang harga bahan baku naik, saya kurangi saja produksinya. Mungkin hanya 2,5 kuintal. Untuk hasilnya, karena terjadi kenaikan saya akan mengurangi takaran bahan. Jadi tahunya ukurannya menjadi berubah, asal harganya tetap. Kasihan pembeli kalau kalau harganya yang dinaikkan. Salah satu harus mengalah. Bahan yang dikurangi atau ukuran produk yang di kurangi,” paparnya.

Pengrajin tahu lainnya, Parmadi, 57, mengungkapkan hal senada. Menurutnya dalam sebulan sebelum puasa telah terjadi kenaikan harga kedelai sebanyak tiga kali. “Sebelumnya harga kedelai Rp6.000/kg selama kurang lebih tiga bulan sebelum puasa. Memasuki puasa mulai naik dari Rp6.000/kg kini menjadi Rp8000/kg,” ungkapnya.

Saat ini ia belum menaikkan harga tahu buatannya. “Sementara harga jual tahu saya samakan dengan sebelum kenaikan harga kedelai. Kalau nanti harga kedelai belum juga turun mau tidak mau saya juga harus menaikkan harga tahu,” katanya. Ia berharap ada subsidi dari pemerintah sehingga kenaikan harga kedelai tidak berlangsung lama. “Kalau ada subsidi paling tidak bisa meringankan beban perajin tahu,” harapnya.

Perajin lain, Jiyo, 56, mengaku adanya kenaikan harga kedelai, dirinya tetap akan memenuhi kapasitas produksi pabriknya. “ Kalau biasanya sehari tiga kuintal, saya akan tetap produksi tiga kuintal. Kalau nanti dikurangi jadi 2,8 kuintal lama-lama malah bisa berhenti produksi. Karena tidak tahu kapan harga kedelai kembali turun. Saya memang harus tambah modal, tapi tidak menjadi masalah buat saya, yang penting produksi harus tetap jalan. Konsekuensinya, saya naikkan harga jual tahu saya,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya