SOLOPOS.COM - Kepala Perwakilan Bank Indonesia Solo, Nugroho Joko Prastowo, Rabu (14/2/2023). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, SUKOHARJO — Kenaikan harga komoditas pangan yang terus merangkak naik menjadi perhatian khusus pemerintah, Bank Indonesia Solo meminta Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di Soloraya aktif melakukan upaya pengendalian harga dan mengedukasi masyarakat demi menekan inflasi.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Solo, Nugroho Joko Prastowo, mengatakan setiap Senin pagi selalu dilaksanakan rapat koordinasi pemantauan inflasi yang dikomandoi langsung oleh Kementerian Dalam Negeri (Mendagri). Dia menyebut salah satu hasil evaluasi pada Senin lalu adalah ditemukannya kenaikan harga beras dan minyak goreng. Dari hasil rakor itu setiap TPID di Kota/Kabupaten diminta segera bergerak mengantisipasi.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Stabilisasi tidak hanya di beras, semua yang berisiko naik kami pantau, kami carikan jalan keluar dan dilakukan bersama-sama. Tidak hanya Solo dan Sukoharjo saja, tetapi Soloraya. Karena pasarnya satu, semua daerah Soloraya bisa dibilang bertransaksi di Solo bisa dari Sragen, Karanganyar dan lain-lain. Kami selalu berkeliling, memantau dan mengajak TPID melakukan ini,” kata Joko, Rabu (15/2/2023), di kawasan Solobaru, Sukoharjo.

Dia mengungkapkan kenaikan harga pangan terjadi karena dua hal. Misalnya saja di Solo, dia menyebut kenaikan harga terjadi karena banyaknya permintaan. Tingginya permintaan salah satunya disebabkan meningkatnya permintaan hotel yang banyak kegiatan. Faktor lain yang jadi penyebab harga naik adalah pasokan yang tidak stabil.

Joko megatakan pengendalian harga akan terus dilakukan sehingga pada momen Ramadan 2023 diharapkan stok dan stabilisasi harga lebih baik dibandingkan tahun lalu.

Inflasi Naik

Seperti diketahui berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi indeks harga konsumen/IHK pada Desember 2022 tercatat menjadi 0,66% (month to month/mtm) sehingga inflasi IHK 2022 menjadi 5,51% (year on year/yoy). Jumlah tersebut meningkat dibandingkan dengan inflasi IHK 2021 sebesar 1,87% yoy dan lebih tinggi dari sasaran 3,0+1%.

Kenaikan inflasi terutama dipengaruhi oleh dampak penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada September 2022.

“Kemarin emmang tinggi di atas 5% bahkan ada beberapa Kota/Kabupaten mencapai 7% karena ada dampak perang, harga energi seperti BBM, listrik, gas naik. Serta beberapa komoditas impor naik,” jelasnya.

Sejak September 2022 Bank Indonesia telah menerapkan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Di antaranya melakukan penanaman cabai dengan membagi bibit cabai kepada masyarakat. Tetapi  karena hujan, saat ini banyak bunga cabai yang rontok dan produktivitas dipastikan turun sehingga perlu diwaspadai.

Di sisi lain, konsumen bisa dilatih menggunakan barang substitusi. Misalnya dalam memasak makanan tertentu bisa menggunakan cabai bubuk atau kering sehingga tidak tergantung pada cabai segar.

Sebelumnya, Pemkab Sukoharjo bersama Bulog Solo dan Bank Indonesia telah menggelar operasi pasar beras, minyak goreng, dan gula di Balai Desa Gedangan, Kecamatan Grogol, Rabu (15/2/2023). Pada operasi pasar tersebut beras medium dijual dengan harga  Rp42.500/5 kg.

Selain beras, masyarakat juga bisa membeli paket Minyakita dan gula dengan harga Rp27.500. Masing-masing paket berisi 1 kg gula dan minyak satu liter minyak goreng.

Bupati Sukoharjo, Etik Suryani mengatakan operasi pasar akan digelar di 11 kecamatan lain di Kabupaten Sukoharjo. Masing-masing kecamatan mendapat kuota maksimal 5.000 kilogram beras.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya