Solopos.com, BOYOLALI — Harga sapi melonjak belakangan ini, membuat para jagal mengurangi porsi penyembelihan harian. Sebab, mereka merasa harga tersebut semakin tak terjangkau.
Salah seorang jagal di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Ampel, Parto, 47, mengatakan beberapa pekan terakhir hanya memotong dua ekor sapi setiap hari.
“Sebelumnya tiga ekor, mencari sapi sulit sampai ketemu harga cocok, naik terus harganya,” katanya saat ditemui Solopos.com, Kamis (5/9/2013).
Naiknya harga sapi itu, lanjut dia, praktis diikuti naiknya harga daging. Sementara permintaan daging menyusul merosot, termasuk dari produsen abon. “Tak terpengaruh daging sapi impor, pembeli di sini lebih memilih sapi lokal, tapi di kondisi seperti ini pun permintaan produsen abon berkurang,” tukasnya.
Parto mengaku menjual daging bercampur tulang Rp67.000/kg. Daging kategori tersebut dibutuhkan produsen abon. “Untuk yang khusus daging kan tembus Rp90.000/kg-nya,” jelasnya.
Gunawan, jagal sapi lainnya, mengonfirmasi stok daging di Boyolali banyak dikirim ke Bandung. “Saingannya pelaku dari Bandung, dulu orang sini yang mengirim tapi lama-kelamaan mereka mencari sendiri, di sana juga disembelih, beberapa bisa jadi distok untuk dijual sebagai sapi kurban,” beber Gunawan.
Supar, seorang staf di RPH itu, mengatakan jumlah sapi di sembelih menurun. “Sebelumnya bisa 80 ekor sapi disembelih/hari, sekarang 30-an [ekor/hari]. Karena RPH direhabilitasi, juga pengaruh kenaikan harga sapi,” terangnya.