Soloraya
Minggu, 21 Mei 2023 - 16:32 WIB

Harga Telur dan Daging Ayam Melejit di Boyolali, Pinsar Beberkan 3 Penyebabnya

Nimatul Faizah  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pedagang daging ayam di Pasar Boyolali Kota, Suranto, menunggu pembeli di lapaknya, Minggu (21/5/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALIHarga telur dan daging ayam di Pasar Boyolali Kota bertahan tinggi sejak Lebaran. Pada Minggu (21/5/2023) harga telur masih di angka Rp31.000 per kilogram (kg). Sedangkan harga daging ayam Rp38.000/kg.

Harga tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan harga normal, yaitu Rp26.000 per kilogram untuk telur dan dan Rp30.000 per kilogram untuk daging ayam.

Advertisement

Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Jawa Tengah, Parjuni, mengungkapkan ada tiga penyebab tingginya harga telur dan daging ayam di pasaran saat ini. Namun, menurutnya penyebab paling dominan adalah harga pakan ayam.

Harga pakan itu terutama jagung yang menyumbang 50 persen komposisi pakan ayam. Harga jagung pada Januari-Maret Rp4.000 per kilogram. “April mulai merangkak sampai saat ini, ada di kisaran Rp5.500-Rp6.000 per kilogram,” ujarnya saat dihubungi Solopos.com, Minggu.

Advertisement

Harga pakan itu terutama jagung yang menyumbang 50 persen komposisi pakan ayam. Harga jagung pada Januari-Maret Rp4.000 per kilogram. “April mulai merangkak sampai saat ini, ada di kisaran Rp5.500-Rp6.000 per kilogram,” ujarnya saat dihubungi Solopos.com, Minggu.

Parjuni menjelaskan saat harga jagung turun pada Juni 2022 hingga April 2023 dan stabil di angka Rp4.000 per kilogram, pabrik pakan tak menurunkan harga produk mereka. Ia menilai hal tersebut aneh.

Seharusnya, kata Parjuni, turunnya harga jagung dapat menurunkan harga pakan karena jagung menyumbang 50% persen komponen pakan ayam. “Kemarin-kemarin baru dapat kabar harga jagung mau naik, belum naik beneran, harga pakan sudah naik. Bahkan pabrik pakan menaikan harga secara ekstrem,” jelasnya.

Advertisement

Ia membandingkan harga pakan jadi untuk ayam broiler sebelumnya Rp7.800-8.000 per kilogram. Namun, pada 2023 ini naik menjadi Rp8.500-Rp8.700 per kilogram.

Populasi Ternak Berkurang

“Faktor kedua adalah menurunnya populasi ternak, bahkan ada peternak yang gulung tikar. Kami sempat mengalami kerugian besar. Terus mulai bangkit. Namun peternak yang membuat replacement terlambat, termasuk untuk menambah populasi,” jelasnya.

Kondisi itu, kata Parjuni, membuat ayam-ayam yang seharusnya afkir dipaksakan untuk tetap memproduksi telur sampai akhirnya mulai April 2023 lalu ayam-ayam tersebut mau tidak mau harus afkir.

Advertisement

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi harga daging ayam dan telur termasuk di Boyolali adalah cuaca. Ia menjelaskan akhir-akhir ini cuaca sangat panas sehingga ayam mengalami penurunan produksi.

“Memang ayam yang di daerah dingin, konsumsi pakan lebih baik dibanding yang panas. Itu rumus alami dan hitung-hitungan peternak,” kata dia.

Lebih lanjut, Parjuni berharap pemerintah dapat mengerti cara menghitung harga pakan ayam secara riil. Ketika pemerintah tahu cara menghitungnya, mereka bisa menekan dan berdiskusi dengan pengelola pabrik pakan.

Advertisement

Jika paham cara menghitung harga pakan, lanjut Parjuni, pemerintah dapat mengintervensi harga pakan yang ditetapkan pabrik. Parjuni menilai saat ini pabrik pakan mengambil keuntungan tidak wajar.

Jika pabrik pakan tidak mengambil keuntungan terlalu besar, ia yakin harga telur dan daging ayam tidak akan setinggi saat ini dan tidak menjadi beban pemerintah dan masyarakat.

“Orang kan tahunya harga daging ayam dan telur tinggi, tapi tidak tahu komponen yang membuat tinggi apa. Selama ini telur dan daging ayam kan jadi kambing hitam untuk penyumbang inflasi,” jelasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif