Soloraya
Senin, 29 Juli 2013 - 06:45 WIB

HARGA TEMBAKAU MEROSOT : Petani Enggan Panen

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Daun tembakau di Sidorejo, Kemalang, Klaten tampak mengering dan membusuk lantaran tidak segera dipanen oleh pemiliknya, akhir pekan kemarin. Petani memilih tidak memetik daun tembakau yang sudah siap dipanen karena harga jual menurun drastis akibat anomali cuaca. (Shoqib Angriawan/JIBI/Solopos)


Daun tembakau di Sidorejo, Kemalang, Klaten tampak mengering dan membusuk lantaran tidak segera dipanen oleh pemiliknya, akhir pekan kemarin. Petani memilih tidak memetik daun tembakau yang sudah siap dipanen karena harga jual menurun drastis akibat anomali cuaca. (Shoqib Angriawan/JIBI/Solopos)

Solopos.com, KLATEN — Harga jual daun tembakau di Kemalang, Klaten merosot tajam akibat anomali cuaca yang terjadi beberapa bulan terakhir. Akibatnya, petani enggan memetik daun tembakau yang siap panen dan membiarkannya membusuk di tanaman.

Advertisement

Berdasarkan pantauan Solopos.com, di Sidorejo, Kemalang, akhir pekan kemarin hampir semua tanaman tembakau di Kemalang sudah bisa dipanen. Tanaman tembakau pun sudah memiliki ukuran yang cukup tinggi, yakni sekitar 1 meter lebih. Meski demikian, daun tembakau pada bagian terbawah banyak yang sudah mengering dan membusuk lantaran tidak segera dipanen.

Kondisi itu diperparah dengan turunnya hujan abu yang terjadi pada Senin (22/7/2013) lalu yang terjadi di sekitar kawasan itu. Salah satu petani tembakau asal Ngemplak, Sidorejo, Kemalang, Noto Suwito, 70. mengaku tidak mau memetik daun tembakaunya karena kecewa harganya anjlok.

“Harga daun tembakau hanya Rp2.500/ Kilogram (Kg), tahun wingi padahal sekitar Rp3.600/Kg,” keluhnya kepada Solopos.com, akhir pekan kemarin.
50 Hektare

Advertisement

Selain itu, hingga Juli ini belum ada tengkulak yang datang untuk membeli daun tembakau milik petani di Kemalang. “Daun tembakau ora payu mungkin gara-gara cuaca itu [anomali cuaca]. Pengepul nggih mboten purun tumbas,” jelasnya.

Oleh sebab itu, dia enggan untuk memetik tembakau miliknya karena untungnya tidak seberapa. Padahal, usia tanaman tembakau miliknya sudah lebih dari empat  bulan, sehingga sudah cukup banyak daun yang telah mengering dan membusuk lantaran tidak dipetik. Sementara, Kepala Desa (Kades) Sidorejo, Kemalang, Jemakir, membenarkan kondisi tembakau yang harganya anjlog di wilayahnya. “Kendalanya memang karena hujan lebat dan tiba-tiba panas, makanya tembakau kualitasnya jadi jelek,” ungkapnya saat ditemui Solopos.com.

Di Sidorejo, sambungya, ada sekitar 50 hektare tanaman tembakau jenis gomleng yang biasa tumbuh di dataran tinggi. Dia mengungkapkan dalam cuaca normal, kualitas tembakau jenis gomleng di Sidorejo tidak kalah dengan tembakau yang tumbuh di daerah Prambanan maupun Manisrenggo. Namun, anomali cuaca menyebabkan tanaman tembakau di Kemalang mengandung air yang terlalu banyak, sehingga kualitasnya tidak maksimal.

Advertisement

Jemakir mengungkapkan kondisi itu menyebabkan petani tembakau resah. “Petani tembakau mengalami kerugian total karena untuk mengembalikan modal saja tidak cukup. Total kerugian petani tembakau di Sidorejo mencapai lebih dari Rp100 juta,” ungkapnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif