SOLOPOS.COM - Masyarakat Boyolali menggalang pada aksi damai Peringatan Hari Anti Kekerasan dan HIV/AIDS di car free day Boyolali, Minggu (1/12/2013). (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Solopos. com, BOYOLALI — Saat ini tercatat ada 50 warga Boyolali terinfeksi human immunodeficiency virus (HIV), sebagian di antara mereka positif menyandang penyakit acquired immunodeficiency syndrome atau AIDS. Sepanjang tahun ini, 4 orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Boyolali meninggal dunia.

Ketua Penggerak Partisipasi Perempuan dan Anak Indonesia (Pepari) Boyolali, Rosmiyati, menyampaikan keempat ODHA yang meninggal itu merupakan endemi lama dan baru diketahui oleh tim tahun ini. Yang terakhir meninggal dunia adalah seorang pengamen berjenis kelamin laki-laki, dan sudah berusia dewasa asal Banyudono.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Pepari pun mencatat saat ini ada sekitar 50 warga Boyolali yang positif ODHA. “Kami gencar mengampanyekan pencegahan virus ini bersama instansi kesehatan terkait, seiring dibukanya klinik voluntary counseling test (VCT) di Boyolali, tahun ini,” kata Rosmiyati, saat ditemui Espos, di sela-sela aksi damai Hari Anti Kekerasan dan Hari AIDS, di sela-sela car free day (CFD) Boyolali, Minggu (1/12/2013).

Aksi damai tersebut diikuti oleh berbagai elemen, mulai dari Pepari, LSM Solidaritas Perempuan untuk Kekerasan dan Hak Asasi Manusia (Spekham), Palang Merah Indonesia (PMI) dan Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Boyolali. Dalam orasi yang disampaikan Pembina Forum Palang Merah Remaja Boyolali, Slamet Raharjo, setiap bulan ada sepuluh warga Boyolali yang berpotensi terjangkit HIV AIDS.

Ketua PMI Boyolali, Syamsudin, menyebutkan semua darah yang diperoleh dari hasil donor dibawa ke laboratorium VCT untuk dilakukan tes anti bodi dalam darah tersebut. Setelah melalui proses bertahap, setiap dua bulan rata-rata ditemukan dua hingga empat donor darah di PMI yang terindikasi HIV positif.

Syamsudin juga mengatakan kesadaran masyarakat Boyolali untuk melakukan cek darah di VCT semakin meningkat. Jika awal dibukanya klinik VCT rata-rata hanya ada sepuluh ornag setiap bulannya yang memeriksa darah, sekarang bisa sampai dua puluh orang tiap bulan. “Terutama orang-orang yang merasa punya risiko. Seperti injection drug use, penjaja seks komersil, homoseksual dan pekerja pabrik. Semuanya berada di usia produktif mulai 20 tahun hingga 35 tahun. Dari yang positif terjangkit, kebanyakan dari kalangan pekerja pabrik.”

Sebagai Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Boyolali, dia meminta kepada seluruh dokter di Boyolali, jika dalam melakukan screening terhadap pasien yang berisiko HIV Aids dan bahkan terindikasi terkena virus tersebut, segera dirujuk ke klinik VCT.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya