Soloraya
Rabu, 9 Februari 2022 - 17:07 WIB

Hari Jadi Kota Solo Disebut Bukan 17 Februari 1745, Kok Bisa?

Kurniawan  /  Suharsih  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Logo 277 Ultah Pemkot Solo. (Istimewa/Eighar)

Solopos.com, SOLO — Pemerintah Kota (Pemkot) Solo tengah bersiap menyambut hari jadi atau ulang tahun ke-277 Kota Solo yang akan diperingati pada Kamis (17/2/2022) mendatang.

Advertisement

Serangkaian acara pun telah disiapkan Pemkot Solo untuk memeriahkan hari jadi kota yang kini dipimpin Gibran Rakabuming Raka sebagai Wali Kota itu. Di antara acara itu adalah kirab Boyong Kedhaton untuk memperingati peristiwa berpindahnya pusat Kerajaan Mataram di Kartasura ke Desa Sala.

Kesepakatan umum menyebut pindahan yang kala itu juga disertai kirab besar-besaran keluarga, penggawa kerajaan, dan rakyat Mataram itu terjadi pada 17 Februari 1745. Namun, sejumlah sejarawan dan pencinta sejarah meragukan ketetapan tanggal tersebut.

Advertisement

Kesepakatan umum menyebut pindahan yang kala itu juga disertai kirab besar-besaran keluarga, penggawa kerajaan, dan rakyat Mataram itu terjadi pada 17 Februari 1745. Namun, sejumlah sejarawan dan pencinta sejarah meragukan ketetapan tanggal tersebut.

Baca Juga: Kirab Boyong Kedhaton HUT Ke-277 Kota Solo Tetap Digelar, Tapi…

Hari jadi Kota Solo yang selama ini diperingati setiap tahun pada 17 Februari dinilai tidak tepat. Seperti diungkapkan Pegiat Javanologi, Dani Saptoni, saat diwawancarai Solopos.com, Rabu (9/2/2022).

Advertisement

Dani yang juga Ketua komunitas pencinta sejarah Solo Societeit mengatakan pemindahan Keraton Mataram dari Kartasura ke Sala merujuk Babad Giyanti dan Serat Sri Ladya Laksana terjadi pada 17 Sura 1670 tahun Jawa.

Baca Juga: Sejarah Kerbau Bule Milik Keraton Solo, Ternyata Hewan Kesayangan PB II

Boyong Kedhaton

“Itu konversinya ke penanggalan Masehi seharusnya 20 Februari 1745. Jadi seharusnya kalau sesuai pakem di Keraton Kasunanan Surakarta, boyong kedhaton dari Kartasura bukan pada 17 Februari 1745, tapi 20 Februari 1745,” katanya.

Advertisement

Namun, Dani mengaku tidak tahu perjalanannya bagaimana sampai hari jadi Kota Solo ditetapkan pada 17 Februari 1745. “Saya enggak tahu dulu penetapan itu mulai dari siapa dan dari mana. Yang jelas kalau tanggal Jawanya 17 Sura 1670,” ujarnya.

Lebih jauh ia menjelaskan proses boyong kedhaton Keraton Mataram dari Kartasura ke Desa Sala terjadi dalam satu rangkaian. Ia meyakini rangkaian kepindahan dari membawa berbagai keperluan hingga deklarasi dilakukan pada hari yang sama.

Baca Juga: Sejarah Solo: Sikap Plin-Plan PB II dan Pemberontakan di Keraton Baru

Advertisement

“Pindahan dari Kartasura ke Surakarta dengan berbagai macam keperluannya itu, dengan deklarasinya oleh Paku Buwono II, mengganti nama Desa Sala menjadi Nagari Surakarta Hadiningrat sesuai Babad Giyanti, memang satu rangkaian,” urainya.

Lebih jauh, Dani menilai penggunaan istilah Kutha Sala dalam peringatan Hari Jadi Kota Solo juga tidak tepat. Sebab dalam sejarahnya PB II sudah mengganti nama Desa Sala menjadi Nagari Surakarta Hadiningrat saat Keraton dipindahkan ke Sala.

“Lah seharusnya dalam perkembangannya itu menjadi hari jadi Kota Surakarta bukan hari jadi Kutha Sala. Sala adalah nama desa dan kemudian berkembang jadi nama popular, cekaking rembuk istilah Jawa-nya untuk menyebut Surakarta,” paparnya.

Baca Juga: Sejarah Solo: Saat Keraton Pindah 1745, Amerika Masih Koloni Inggris

Kajian Ulang

Penilaian yang sama bahwa Hari Jadi Kota Solo bukan 17 Februari 1745 juga disampaikan Kaprodi Sejarah UNS Solo, Susanto. Diwawancarai Solopos.com, Rabu siang, Susanto mengatakan diperlukan kajian atau penelitian ulang ihwal hari jadi Kota Solo.

Sebab, menurutnya, ada beberapa versi tentang tanggal hari jadi Kota Solo. Salah satunya versi yang dia baca merujuk catatan perjalanan Gubernur Jenderal VOC Gustaaf Willem baron Van Imhoff pada 31 Desember 1745. Di catatan itu, menurut Susanto, disebutkan kondisi Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat belum jadi.

“Nah kalau dilogika berarti kan belum ada pindahan dari Kartasura pada Februari 1745. Karena pada Desember 1745 saja belum jadi, apalagi Februari. Makanya saya tak bisa menetapkan tanggalnya. Tapi kemungkinan tidak pada tahun 1745,” katanya.

Baca Juga: 7 Kampung di Solo Diusulkan Jadi Destinasi Wisata Sejarah, Mana Saja?

Susanto meyakini pindahan Keraton Mataram dari Kartasura ke Desa Sala dilakukan setelah 1745. “Kalau akhir tahun belum, kan mungkin lebih. Paling tidak 1746. Jadi mengenai tahun [boyong kedhaton] kemungkinan tidak tepat,” imbuhnya.

Sementara itu, sejarawan kontemporer Australia, Prof Merle Calvin Ricklefs PhD, yang memiliki otoritas dalam sejarah Jawa, terutama pada periode 1600-an hingga 1900-an, dalam karyanya berjudul Babad Giyanti: Sumber Sejarah dan Karya Agung Sastra Jawa yang diunggah di https://ejournal.perpusnas.go.id/ menyebut perpindahan keraton dari Kartasura yang rusak sampai Surakarta yang baru terjadi pada 9 Februari 1746.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif