SOLOPOS.COM - JIBI/Solopos/Septian Ade Mahendra Siswa membatik secara massal saat acara Festival Membatik 1 KM di Gor Diponegoro Sragen, Sabtu (24/5/2014). Festival tersebut dilaksanakan dalam rangka Hari Jadi Ke-268 Kabupaten Sragen yang diikuti oleh 4.000 siswa SD/SMP/SMA se-Sragen. (Septian Ade Mahendra/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SRAGEN—Sragen memperingati hari jadi ke-268. Salah satu acara peringatan itu yakni membantik kain sepanjang 1 km, Sabtu (24/5/2014) pagi.

“Hlo, kok ra metu pak (hlo, kok tidak keluar pak)?” tutur salah satu siswa asal SDN 4 Sambirejo di GOR Diponegoro, Sragen, Sabtu (23/5/2014), sembari menunjukkan canting yang sudah berisi malam cair. Pertanyaan tersebut lantas disahut guru pendamping sembari meminta sang siswa untuk menunggu malam dipanaskan di kompor kecil.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Pagi itu, halaman GOR Diponegoro Sragen dipenuhi ribuan siswa SD, SMP serta SMA. Mereka terlihat sibuk menggoreskan malam menggunakan canting mengikuti pola yang sudah tergambar di hamparan kain.

Para siswa tersebut mengikuti acara membatik di kain sepanjang 1 km yang digelar sebagai salah satu rangkaian
acara peringatan hari jadi ke-268 Sragen. Setidaknya 4.000 siswa mengikuti acara tersebut.

Salah satu siswa SDN 4 Sambirejo, Rizal Bahi Ayusman, 10, mengaku tak grogi membatik bersama ribuan siswa lain dari berbagai sekolah. Dia mengatakan sebelum mengikuti acara tersebut mendapat berlatih bersama dua teman lainnya. “Setelah bisa membatik, nanti kalau sudah besar mau menjadi pembatik yang hebat,” kata siswa kelas 4 tersebut.

Guru pendamping dari SDN 4 Sambirejo, Wasito, menuturkan para siswa sebelumnya bejalar terkait teknik dasar membatik guna mengikuti acara tersebut. “Latihan kemarin hanya satu pekan. Kebetulan waktunya bersamaan dengan kegiatan siswa kelas enam,” ungkapnya.

Wasito menilai kegiatan tersebut memberi dampak positif bagi keterampilan siswa. Selain itu, acara membatik 1 km itu juga bisa memacu para guru untuk ikut berlatih. “Dari kegiatan ini banyak dampak positif. Memacu keterampilan siswa selain itu secara langsung menuntut para guru juga bisa membatik,” urai dia.

Plt. Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Sragen, Endang Handayani, menjelaskan kegiatan tersebut digelar dimaksudkan untuk menjaga kelestarian batik. Melalui kegiatan itu, pihaknya berharap generasi muda lebih tergugah menumbuhkan rasa memiliki batik.

Penjurian
Tak sekadar membatik di kain, kegiatan tersebut juga dilombakan dengan sistem penilaian dilihat dari kreativitas, kehalusan, keharmonisan serta kebersihan. Disampaikannya, kegiatan itu digelar selama empat jam.

“Tema dari pola batik yang dibuat yakni flora dan fauna. Kegiatan ini untuk menggerakkan anak-anak mencintai batik. Tahu cara membatiknya, syukur-syukur bisa mencintai,” katanya.

Lebih lanjut, Endang menjelaskan kegiatan untuk menumbuhkan rasa memiliki batik perlu dilakukan agar salah satu budaya asli Indonesia tersebut terus lestari. “Penyiapan generasi muda itu lebih penting. Saat ini pengrajin juga sudah tua-tua, kalau tidak ada regenerasi nanti bisa punah. Apalagi di Sragen memiliki kampung batik,” urai dia.

Sementara itu, Bupati Sragen, Agus Fatchur Rahman, mengapresiasi kegiatan tersebut. Pihaknya berharap kegiatan itu bisa digelar rutin dengan kain yang lebih panjang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya