SOLOPOS.COM - HARI KARTINI-Sejumlah peserta upacara peringatan Hari Kartini di halaman Setda Pemkab Klaten mengenakan pakaian kebaya, Jumat (20/4/2012).(Espos/Moh Khodiq Duhri)

HARI KARTINI-Sejumlah peserta upacara peringatan Hari Kartini di halaman Setda Pemkab Klaten mengenakan pakaian kebaya, Jumat (20/4/2012).(Espos/Moh Khodiq Duhri)

Balutan kebaya lengkap dengan jarik dan sepatu hak tinggi melekat di tubuh Ririn Purwanti, 56. Orang nomor satu di SMAN 3 Klaten itu tampil seperti Putri Jawa tulen.

Namun, Bu Ririn, sapaan akrabnya, tidak sedang ingin mengikuti acara hajatan pernikahan. Wanita berjilbab itu ingin menjadi komandan upacara bendera dalam rangka memperingati Hari Kartini di halaman Sekretariat Daerah (Setda) Klaten, Jumat (20/4/2012).

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Balutan kebaya lengkap dengan jarik dan sapatu berhak tinggi tidak membuat Bu Ririn kesulitan berjalan tegak layaknya pasukan militer. Kendati sudah berusia 56 tahun, suara Bu Ririn masih cukup lantang saat memberikan aba-aba kepada semua peserta upacara yang diikuti oleh ratusan pegawai negeri sipil (PNS) pria dan wanita serta sejumlah siswi di perwakilan sekolah-sekolah.

Semua peserta wanita mengenakan balutan kebaya dan berjarik. Sementara peserta pria mengenakan beskap. Uniknya, semua petugas upacara dari pemimpin barisan, komandan, hingga pembina upacara berasal dari kalangan wanita. Dalam kesempatan itu Wakil Bupati Klaten, Sri Hartini bertindak sebagai pembina upacara. “Pakai kebaya untuk memimpin upacara? Enjoy aja…” ujar Bu Ririn kepada Solopos.com seusai memimpin jalannya upacara.

Ririn mengaku tidak berpikir panjang ketika ditawari menjadi komandan upacara bendera dalam rangka peringatan Hari Kartini. Semua wanita yang bertugas dalam upacara dinilainya sebagai bentuk emansipasi wanita. “Kendati memimpin upacara, saya tetap memakai sepatu berhak sekitar 7 cm. Cukup tinggi, tetapi tidak lancip. Kalau lancip nanti sepatunya bisa menancap di rumput,” seloroh Bu Ririn sambil tertawa.

Dalam pidatonya, Sri Hartini menyebut RA Kartini merupakan pelopor pejuang nasib kaum wanita Indonesia. Kartini telah melahirkan gagasan dan semangat pembaharuannya untuk kepentingan bangsa Indonesia. Pemikirannya tentang pendidikan dan emansipasi wanita berkumandang jauh menembus zaman. “Pada zamannya, Kartini telah memperjuangkan agar wanita mendapatkan pendidikan, persamaan hukum dan terbebas dari keterbelakangan dan kemiskinan,” papar Sri Hartini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya