Hari Tari Sedunia diperingati Rabu (29/4/2015) dengan perhelatan Solo Menari 24 Jam.
Solopos.com, SOLO – Empat penari yang mengikuti aksi 24 jam menari dalam peringatan Hari Tari Sedunia di Pendapa Ageng Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Rabu (29/4/2015), tetap menari meski mereka melakukan aktivitas lainnya.
Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024
Pantauan
Sedangkan Stepanus Adi Prastiwa dari Palembang dan Abdul Rochim asal Jakarta menuju panggung di sayap kiri. Di panggung, mereka tetep terus menari.
Alunan musik hampir setiap 10 menit sampai 30 menit berganti. Penyuguh tari di Pendapa Ageng juga terus berubah, namun keempat penari di panggung berukuran 3 meter (m) x 3 m dan tinggi 1 m tersebut masih saja menari. Terkadang, mereka juga mengikuti gerak tari para penampil di Pendapa Ageng.
“Harus terus gerak. Kalau enggak gerak, nanti di diskualifikasi. Tapi, enggak asal-asalan, gerak tari juga harus punya esensinya. Jalan-jalan sebenarnya bisa, tapi langkahnya juga tidak biasa,” kata Anggono kepada
Anggono mengatakan setiap gerak tubuh yang dilakukannya keluar secara spontan saat mendengar alunan musik.
“Ada irama dalam tubuh. Optimis kuat sampai besok pukul 06.00 WIB,” kata dia.
Pantauan “Kondisi tubuh optimis bisa prima. Minum madu dan minuman isotonik agar tidak dehidrasi. Saya tidak makan nasi kali ini, tapi roti untuk jaga tenaga,” jelas laki-laki yang juga menjabat sebagai Dosen Jurusan Tari ISI Surakarta itu. Sementara itu, beberapa kali Abdul Rochim yang saat itu mengenakan pakaian betawi lengkap dengan kudeng (penutup kepala) dan jarik betawi juga meminta minuman kepada asisten. Salah satu asisten Abdul Rochim, Lesmana, mengaku siap membantu menyediakan kebutuhan sang penari. “Selama 24 jam nanti saya temani penari. Mereka minta apa, kami usahakan kasih. Paling banyak, memang minum, baik madu dan minuman isotonik. Kadang juga makan buah buahan,” jelas dia.