SOLOPOS.COM - Ribuan umat muslim mengikuti pengajian dalam rangka perayaan Haul Habib Ali bin Muhammad bin Husain Al Habsyi di Mesjid Riyadh, Pasar Kliwon, Solo, Selasa (10/2/2015). Peringatan Haul Habib Ali Al Habsyi ini digelar hingga Rabu (11/2/2015). (Reza Fitrianto/JIBI/Solopos)

Haul Habib Ali di Pasar Kliwon, Solo, membuka peluang usaha musiman yang dimanfaatkan dengan baik oleh sebagian orang.

Solopos.com, SOLO — Haul Habib Ali menarik ribuan orang dari berbagai tempat ke Pasar Kliwon, Solo. Hal ini tak hanya menjadi ritual tahunan, tapi juga membuka peluang warga setempat untuk menambah pundi-pundi rupiah.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Seorang perempuan tua terus mengetuk-ketuk pintu yang terbuat dari seng. Sudah lima menit lebih dia mengantre di toilet yang dibangun semipermanen di Alun-alun Utara (Alut) Solo. Di belakangnya, dua warga lain tampak cemas menunggu giliran buang air.

Mangga teng mriki mawon, Bu, sampun kosong [Mari di sini saja, Bu, sudah kosong],” ucap Suroso, 50, sang pengelola toilet sambil tergopoh-gopoh.

Dia lantas membukakan pintu toilet di sebelah barat yang habis selesai dipakai. Dengan sigap Suroso menuntun perempuan tua itu menuju toilet sederhananya. “Hati-hati Bu, agak lunyu [licin],” ujarnya sambil menerima selembar uang Rp1.000 dari pengguna toilet lain.

Fasilitas mandi cuci kakus (MCK) ini baru saja dibangun Suroso menyambut Haul Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi. Berbekal material seng, tripleks, hingga atap terpal, ia menyulap lahan di bawah Pohon Beringin Alun-alun Utara menjadi toilet dadakan.

Sepuluh buah toilet berukuran masing-masing 1 meter kali 1,2 meter menjadi mesin uang Suroso selama dua hari, Selasa-Rabu (10-11/2/2015). “Ya baru buka hari ini, ngepasi Haul Habib Ali. Biasanya hanya buka pas Sekaten,” tutur Suroso kepada Solopos.com.

Demi “ngalap berkah” Haul Habib Ali, Suroso beserta istri rela meninggalkan ladang pertaniannya di Masaran, Sragen. Suroso yang sudah empat tahun menyediakan MCK untuk acara haul mengatakan keuntungan yang diraihnya sangat lumayan.

Meski hari baru beranjak siang, uang ratusan ribu sudah dalam genggaman. Ia mematok tarif Rp1.000 untuk kencing dan Rp2.000 untuk mandi. “Kalau sampai nanti malam mungkin sejutaan dapat,” tutur Suroso sambil menunjuk kerumunan orang di sekitar toiletnya.

Untuk membangun fasilitas tersebut, ia menyewa lahan dari Keraton sekitar Rp150.000-Rp200.000 sehari. Dana sekitar Rp50.000 juga dikeluarkan untuk biaya menyalakan dua pompa air. Untuk fasilitas bangunan, ia praktis tak memerlukan uang karena menggunakan sarana terdahulu. “Tinggal bongkar pasang saja.”

Hartono Hartoatmojo, 64, warga RT 001/RW 001 Gajahan, Pasar Kliwon juga menyiapkan MCK bagi tamu Haul Habib Ali di depan rumahnya. Bedanya, Hartono tak mematok tarif khusus bagi para jamaah haul. Dia mengaku hanya berniat beramal pada sesama. “Uang itu mudah dicari, tapi persaudaraan sulit,” ujar Hartono yang sudah 20 tahun menyediakan toilet dadakan untuk tamu haul.

Pensiunan Satpol PP ini awalnya hanya memiliki tiga kamar mandi. Seiring meningkatnya tamu haul, Hartono kini membangun sembilan toilet dilengkapi kloset. Dia juga menambah fasilitas tambahan berupa warung kopi. “Minum pun saya tidak memaksa bayar kalau mereka tidak punya uang. Umur sudah segini, saya hanya mencari ganjaran,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya