Solopos.com, WONOGIRI–Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar, Akbar Tandjung meminta elite politik memberi pelajaran kepada masyarakat. Praktik black campaign tidak sepatutnya dipertontonkan oleh elite. Semua calon hendaknya mengikuti aturan kampanye dan menyampaikan visi dan misi masing-masing agar rakyat memahaminya.
Penegasan Akbar Tandjung disampaikan, seusai menyaksikan pertunjukkan wayang kulit dengan lakon Jumeduling Pandawa di Alun-alun Giri Krida Bakti, Wonogiri, Senin (9/6/2014) malam. “Perbedaan itu salah satu esensi demokrasi. Hormatilah pilihan sebagai bentuk demokrasi terbuka dan fair. Elite politik meski memberi pembelajaran politik. Elite politik menjadi panutan sehingga pembelajarannya pada masyarakat menunjukkan diri sebagai panutan.”
Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya
Sekadar mengingatkan, pada pilpres tahun ini elite politik partai saling membelot mendukung capres dan cawapres. Kebijakan partai tidak sepenuhnya diikuti oleh kadernya di semua tingkatan. Lebih lanjut Akbar menjelaskan, visi dan misi calon yang disampaikan secara jelas diharapkan tolok ukur bagi pemilih dalam menentukan calon yang akan dipilihnya.
“Calon pemilih diharapkan meresapi visi dan misi masing-masing calon. Pemilih bisa melihat rekam jejak capres dan pengalaman masa lalu baik di masyarakat, pemerintahan maupun di lembaga legislatif,” ujarnya.
Akbar berharap semua calon tidak mengangkat isu kampanye negatif karena kedua capres dan cawapres adalah putra terbaik Bangsa Indonesia. “Kompetisi dilakukan terbuka dan rakyatlah yang berdaulat.”
Menyinggung soal haul, Akbar Tandjung menyatakan, menghargai perjuangan pendahulu bangsa merupakan langkah terbaik generasi bangsa. “Haul tahun ini, berbarengan dengan pilpres semoga berlangsung luber, tertib dan terpilih presiden terbaik. Presiden terpilih hendaknya meneruskan kebaikan pendahulu yang bertekad meneruskan perjuangan cita-cita nasional.”
Ketua panitia, Y Sumarmo menegaskan, haul Soeharto diperingati karena Soeharto pernah tinggal di Wonogiri dan menjadi Presiden ke-2 RI. “Semoga lahir dinasti Soeharto memimpin negara Indonesia,” tegas mantan Wakil Bupati Wonogiri dua periode ini.
Sementara itu, Ketua Yayasan Mangadeg dan mantan Bupati Wonogiri, Begug Poernomosidi menjelaskan, Soeharto lahir pada 8 Juni. Menurutnya, pentas wayang kulit lima dalang dimaksudkan sebagai Haul ke-93 almarhum Soeharto. Hadir pada acara itu, Ketua DPRD Wonogiri, Wawan Setya Nugraha, Wabup Wonogiri Yuli Handoko, para pensiunan PNS Pemkab Wonogiri dna pimpinan parpol pengusung Capres-Cawapres Prabowo-Hatta.