Soloraya
Jumat, 7 April 2023 - 13:44 WIB

Hayati Jalan Salib, Ratusan Umat Katolik Padati Gunung Gandul Wonogiri

Muhammad Diky Praditia  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ratusan umat Katolik Paroki Wonogiri berkumpul di pemberhentian terakhir upacara visualisasi Jalan Salib di Gunung Gandul Wonogiri, Jumat (7/4/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Ratusan umat Katolik di Wonogiri mengikuti upacara visualisasi jalan salib dalam rangkaian perayaan Paskah di Gunung Gandul, Kelurahan Giriwono, Kabupaten Wonogiri, Jumat (7/3/2023).

Visualisasi sebagai upaya umat menghayati sekaligus merenungi penderitaan Yesus ketika disalib untuk menebus dosa umat manusia. Upacara ini sekaligus menjadi yang pertama digelar setelah vakum beberapa tahun akibat pandemi Covid-19.

Advertisement

Pantauan Solopos.com di Gunung Gandul, Jumat pagi, lebih kurang 200 umat Katolik Wonogiri mengikuti upacara visualisasi jalan salib. Mereka terdiri atas anak, remaja, dan dewasa. Banyak di antaranya datang bersama teman dan keluarga.

Beberapa umat membawa salib kecil dan buku madah bakti. Visualisasi jalan salib oleh umat Katolik Paroki Santo Yohanes Rasul Wonogiri itu dilakukan dengan berjalan menapaki jalan menanjak ke Gunung Gandul sepanjang 700 meter.

Advertisement

Beberapa umat membawa salib kecil dan buku madah bakti. Visualisasi jalan salib oleh umat Katolik Paroki Santo Yohanes Rasul Wonogiri itu dilakukan dengan berjalan menapaki jalan menanjak ke Gunung Gandul sepanjang 700 meter.

Iring-iringan berjalan kaki dari pintu masuk wisata Gunung Gandul hingga area parkir puncak gunung. Dalam perjalanan itu, ada 14 pemberhentian yang menggambarkan peristiwa perjalanan Yesus mulai dari penjatuhan hukuman mati, penyaliban, hingga pemakaman.  

Dari seluruh umat Katolik yang hadir, perjalanan menghayati jalan salib itu dibagi menjadi empat kelompok. Setiap kelompok dipimpin dua pastor atau romo. Sepanjang perjalanan umat memanjatkan doa-doa.

Advertisement

Perenungan Peristiwa Penyaliban Yesus 

Pada pemberhentian terakhir, umat yang semula terbagi menjadi empat kelompok berkumpul menjadi satu di area parkir puncak Gunung Gandul. Di area lapang itu, terpasang tiga salib berukuran cukup besar.

Salib yang ada di tengah tersampir stola berwarna ungu. Di pemberhentian terakhir itu, umat mengikuti pembacaan doa dan renungan. Meski berjalan menaiki bukit, mereka tampak khusuk dan khidmat.

Upacara visualisasi itu berlangsung mulai pukul 07.30 WIB-10.00 WIB. Salah satu umat yang mengikuti visualasi jalan salib, Joko Wuryanto, 58, mengaku mengikuti visualisasi jalan salib di Gunung Gandul, Wonogiri, sebagai wujud penghayatan dan perenungan terhadap peristiwa penyaliban Yesus.

Advertisement

Sebagai umat Katolik, perjalanan penyaliban Yesus itu menjadi peristiwa besar nan penting baginya. Sebab hal itu mengingatkan dirinya atas pengorbanan Yesus untuk menebus dosa umatnya.  

“Dengan berjalan seperti ini, apalagi ini jalan menanjak, cukup jauh, setidaknya jadi tahu gambaran perjalanan penyaliban Yesus sampai kematiannya hingga nanti bangkit kembali pada hari akhir,” kata Joko saat ditanyai Solopos.com selepas mengikuti upacara tersebut .

Joko melanjutkan keikutsertaan pada jalan salib di Gunung Gandul, Wonogiri, itu juga sebagai upaya mendekatkan diri kepada Tuhan. Selain itu sebagai ungkapan rasa syukur atas berkat dan pertolongan yang diberikan kepadanya kelak di hari akhir.

Advertisement

Peserta lain dari Wonogiri, Ikna Waskita, 48, menyatakan sangat bersyukur jalan salib di Gunung Gandul bisa kembali digelar setelah terhenti selama pandemi Covid-19. Ikna yang datang bersama keluarga itu mengikuti visualisasi jalan salib dengan khidmat.

Tidak Ada Peragaan Tablo

Meski sedikit berbeda dengan visualisasi jalan salib tahun-tahun sebelumnya, hal itu sama sekali tidak mengurangi roh dari tujuan diselenggarakannya jalan salib. 

“Yang ini lebih dibuat sederhana. Kalau dulu itu ada peragaannya di setiap pemberhentian. Peraga memeragakan peristiwa mulai dari penjatuhan hukuman, penyaliban, sampai Yesus dimakamkan. Sekarang enggak ada, hanya berjalan kemudian membaca doa di setiap pemberhentian. Tapi tetap khidmat,” kata Ikna.

Ketua Panitia Visualisasi Jalan Salib di Gunung Gandul, Wonogiri, Maria Daniel Wicaksono, membenarkan visualisasi jalan salib ini kali pertama digelar setelah tiga tahun vakum akibat pandemi Covid-19.

Sedikit berbeda dibandingkan tahun sebelumnya, pada jalan salib tahun ini, tidak ada peragaan atau tablo di setiap pemberhentian. Tahun sebelumnya, ada drama tablo yang memperagakan Yesus membawa salib mulai dari awal titk jalan salin hingga akhirnya disalib. 

Daniel menyampaikan, devosi visualisasi Jalan Salib di Gunung Gandul Wonogiri kali pertama digelar pada 1996. Pemilihan Gunung Gandul sebagai upacara visualisasi Jalan Salib selain relatif dekat dan mudah dijangkau, setidaknya bisa memberikan pengalaman kepada umat gambaran kesengsaraan Yesus ketika disalib ketika di Bukit Golgota. 

“Dengan begitu, umat bisa menghayati penderitaan Yesus. Harapannya umat bisa memberikan pengorbanan dan mencintai Tuhan Yesus. Tadi diikuti 200-300 umat separoki Wonogiri,” ucap Daniel.

 

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif