Soloraya
Rabu, 12 Desember 2018 - 20:06 WIB

Hii, Ulat Jati Menyerang, Warga Boyolali Siap-Siap Mengadang

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, BOYOLALI – Sejumlah warga yang mendiami rumah berdekatan dengan lokasi kebun jati mulai mengantisipasi apabila ulat mulai memasuki rumah mereka. Diperkirakan ulat-ulat jati akan memasuki rumah warga dalam tiga pekan ke depan.

Pantauan reporter Solopos.com, Nadia Lutfiana Mawarni di Dukuh Dawung, Desa Pulutan, Kecamatan Nogosari, Boyolali puluhan pohon jati yang berderet di sepanjang jalan utama desa daunnya terlihat tidak lagi utuh, Pada pinggiran daun, tampak bekas dimakan ulat. Bahkan beberapa daun yang terletak di bagian atas habis tak bersisa tinggal ruas-ruasnya. Daun yang rusak akibat ulat ini terjadi sejak sepekan lalu. Semakin hari jumlah ulat bahkan semakin banyak. “Buktinya tidak ada pohon yang daunnya utuh,” ungkap salah satu warga Dukuh Dawung, Giyanti, saat ditemui di rumahnya, Rabu (12/12/2018) siang.

Advertisement

Giyanti tinggal bersama suami dan dua orang anak di rumah yang temboknya terbuat dari kayu. Celah antarkayu berpeluang menjadi jalan masuk ulat ke rumah. Apalagi rumah Giyanti diapit pohon-pohon jati di sisi kanan dan kirinya. Meski begitu, dirinya tak merasa khawatir. “Biasanya ulat berubah jadi enthung [kepompong] saat daun-daun tidak ada lagi yang bisa dimakan,” kata dia.

Saat itu, ulat akan mencari tempat untuk bermetamorfosis, salah satunya di dinding-dinding rumah warga. Giyanti menambahkan sudah menjadi hal lumrah tatkala musim penghujan datang rumahnya dimasuki ulat jati. Meski begitu, dia mengaku belum sampai terganggu dengan kehadiran ulat-ulat tersebut. “Paling gatal kalau sesekali nempel di baju, tapi tidak sampai mengganggu aktivitas,” imbuh dia. Giyanti pun punya sejumlah cara meminimalkan dampak ulat jati yang akan memasuki rumah.

Di antaranya adalah tidak membiarkan makanan dalam keadaan terbuka, menyimpan perkakas rumah tangga di lemari tertutup, serta tidak membiarkan pakaian kotor menumpuk di ember sehingga menjadi sarang sementara ulat jati.

Advertisement

Perkara ulat jati ini juga disampaikan warga Dawung lain, Widodo. Pria paruh baya yang sehari-hari bekerja sebagai pencari rumput dan pakan ternak ini mengatakan ulat bukan binatang yang bisa dihindari di musim penghujan. Ditambah dia tinggal di lingkungan yang dipenuhi pohon jati.

“Yang bisa dilakukan membuat aktivitas tidak terganggu dengan adanya ulat,” terang dia. Widodo menambahkan meski terganggu selama ini belum ada warga Dawung yang sampai mengungsi akibat serangan ulat bulu.

Sementara itu, di Desa Guli, Nogosari, ulat jati mulai berkembang biak sejak sepekan lalu. Mereka memakan dedaunan, dan berjatuhan di tepi jalan desa. “Tapi sekarang intensitas sudah berkurang, pekan lalu sampai ada yang di jalan-jalan,” ujar salah satu pengendara motor yang kebetulan melintas di desa tersebut, Sriyatin.

Advertisement

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif