SOLOPOS.COM - Puluhan memedi dipajang dalam Festival Memedi Sawah di Desa Gentungan, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar, Kamis (9/6/2022). (Solopos.com/Akhmad Ludiyanto)

Solopos.com, KARANGANYAR — Jika Anda orang yang penakut, hindari jalan ke sawah di sebelah utara Embung Setumpeng, Desa Gentungan, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar. Pasalnya, di sana banyak bermunculan memedi atau hantu yang bikin bulu kuduk merinding di malam hari.

Memedi ini jumlahnya tidak hanya satu, tetapi puluhan. Selain itu, jenisnya juga banyak. Ada pocong, genderuwo, tengkorak, memedi anak kecil, dan sebagainya. Mereka menampakkan diri tidak hanya malam hari, tapi 24 jam sehingga bisa dilihat kapan pun.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Tentunya memedi ini bukan hantu benaran dan kasat mata. Memedi ini hanya mainan yang dibuat dari bahan-bahan yang ada di sekitar desa itu misalnya jerami, akar-akaran, ijuk, dan kain. Ada juga dilengkapi dengan topeng.

Bukan bermaksud untuk menakut-nakuti, kemunculan memedi-memedi yang dipasang oleh warga tersebut merupakan bagian dari Festival Memedi Sawah yang diadakan kelompok sadar wisata (pokdarwis) setempat.

Baca Juga: Hantu KKN Rumah Kosong Klaten Ternyata Mbah-Mbah

Festival ini berlangsung sejak tanggal 5 Juni 2022 hingga masa panen raya yang diperkirakan jatuh antara tanggal 20-23 Juni 2022.

Salah satu penggerak kegiatan, Hasim Ashari, mengatakan festival ini diadakan untuk mengingatkan masyarakat khususnya kalangan muda bahwa pada zaman dahulu petani menghalau burung pemakan padi dengan orang-orangan atau memedi semacam ini.

“Dulu kalau tanaman padi sudah mau panen banyak burung yang datang untuk memakan padinya. Nah untuk mengusirnya, petani menggunakan alat-alat seperti ini yang dipasang di tengah sawah. Lalu memedi ini digoyang-goyang dengan tali yang terhubung dengan petani di pinggir sawah. Kalau memedinya ini goyang-goyang biasanya burungnya pergi,” ujarnya, Kamis (9/6/2022).

Festival tersebut bertema Pertanian Tempo Dulu dan Pertanian Milenial. Harapannya, meskipun teknologi pertanian kini sudah maju, tetapi pertanian tempo dulu juga tidak ditinggalkan.

Baca Juga: Belajar Menjinakkan Ketakutan dari Memedi Sawah

Selain itu, festival ini sekaligus memberikan hiburan kepada masyarakat setempat maupun pengunjung Wisata Embung Setumpeng yang letaknya berdampingan.

Memedi yang merupakan kreativitas warga ini juga dilombakan dan akan dinilai tim dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Pengunjung juga bisa memberi kontribusi penilaian. Caranya dengan memasukkan kupon, yang diberikan pengelola Embung Setumpeng di pintu masuk, ke dalam botol yang digantung pada masing-masing memedi.

Penggerak lain kegiatan itu, Ayoub, mengatakan festival tersebut mendorong kreativitas warga untuk membuat karya yang menarik dan bagus.

“Jenis memedi ini yang dibuat warga bebas sesuai kreativitas mereka. Tetapi memedi juga harus kuat karena dipajang selama hampir sebulan sampai panen raya. Kalau rontok sebelum waktunya, tentu mengurangi nilai,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya