SOLOPOS.COM - Ilustrasi pembayaran digital. (Freepik)

Solopos.com, WONOGIRI–PT BPR BKK Wonogiri gencar menyosialisasikan penggunaan Quick Response Indonesia Standard (QRIS) kepada masyarakat di Kabupaten Wonogiri. Hal itu menyusul peluncuran program Wonogiri Access QRIS (Waris) pada Oktober 2022 lalu.

Direktur Utama PT BPR BKK Wonogiri, Sarti, mengaku masih berfokus pada tahap sosialisasi kepada seluruh pegawainya.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Setelah itu, para pegawai akan menyosialisasikan penggunaan dan manfaat QRIS ke lingkungan operasionalnya terlebih dulu.

Menurut Sarti, manfaat utama QRIS adalah menghindari risiko transaksi tunai, seperti uang palsu dan uang hilang.

“QRIS ini program dari Bank Indonesia. Mereka mengimbau agar pembayaran transaksi apapun dapat dilakukan secara online karena bisa menghindari risiko seperti uang palsu dan uang hilang,” terangnya kepada Solopos.com, Selasa (8/11/2022).

Baca Juga: Pasar Wonogiri Mulai Terapkan e-Retribusi, Bisa Cegah Pungli Retribusi 

Sarti menargetkan mendapat 100 pengguna QRIS hingga Desember 2022. Sasaran pertamanya adalah pemilik warung dan lingkungan terdekat. Selain itu ia bakal menjajal penggunaan QRIS di sejumlah objek wisata penarik retribusi.

Meski begitu, ia mesti melakukan penjajakan terhadap minat masyarakat dalam menggunakan QRIS. “Karena masyarakat Wonogiri ini kan belum semua milenial. Jadi setelah menuju tahap penjajakan ke masyarakat, kalau ada respons baik akan kami kembangkan ke semua wilayah operasional,” ujarnya.

Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian dan Perdagangan (KUKM Perindag) Wonogiri, Wahyu Widayati, mengatakan QRIS selama ini lebih banyak digunakan pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM), terlebih yang sudah familier dengan penggunaan teknologi. Sebab, syarat agar dapat menggunakan QRIS ialah harus memiliki ponsel pintar bersistem operasi Android atau iOS.

Menurut dia, tak sedikit merchant, utamanya di area pasar yang masih gagap teknologi. Hal itu termasuk tak punya ponsel pintar. Ia mengaku bakal berupaya menyosialisasikan penggunaan QRIS secara bertahap pada para pedagang.

Sebelumnya, penggunaan QRIS telah menyasar sejumlah sektor, seperti warung makan, toko oleh-oleh, pasar modern, rumah sakit, tempat ibadah, pondok pesantren, dan perguruan tinggi. Implementasi QRIS di pasar tradisional di Soloraya sudah berjalan, antara lain di Pasar Gawok Sukoharjo, Pasar Singosaren, Pasar Nusukan, dan Pasar Triwindu.

Baca Juga: Begini Alasan BST Solo Wajib Pakai Uang Elektronik Saja, Bukan QRIS

Ketua Tim Sistem Pembayaran Pengelolaan Uang Rupiah dan Layanan Administrasi (SPPURLA) Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Solo, Gunawan Purbowo, mengatakan jumlah merchant QRIS menunjukkan peningkatan sebesar 201,35% (ytd) dari 36.604 pada 31 Desember 2019 menjadi 110.307 pada November 2020.

“Pertumbuhan merchant QRIS Soloraya yang paling melesat adalah Kabupaten Sukoharjo sebesar 285,66%. Ini diikuti Kota Solo 249,48%, Kabupaten Boyolali 201,11%, dan Kabupaten Karanganyar 181,65%. Kabupaten Wonogiri paling kecil pertumbuhan merchant QRIS di Soloraya, yakni 109,93%,” ujarnya belum lama ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya