SOLOPOS.COM - Ilustrasi hipertensi alias tekanan darah tinggi. (Freepik)

Solopos.com, SOLO–Penyakit tidak menular seperti hipertensi dan diabetes melitus menjadi masalah di Kota Solo selama 2023. Para pasien tidak tertib dan rutin meminum obat.

Plt Kepala Dinas Kesehatan Kota Solo Setyowati menjelaskan warga yang mengalami hipertensi dan diabetes melitus tergolong tinggi di Kota Solo. Hipertensi berefek ke stroke dan jantung.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Penyakit tidak menular ini sudah lama menjadi kendala, masyarakat atau pasien tidak tertib minum obat. Kami setiap Jumat, dua pekan sekali, mengadakan Jumat Sehat bertemu warga di wilayah kelurahan,” kata dia ditemui di kantornya, Selasa (7/12/2023).

Menurut dia, warga yang mengalami hipertensi dan diabetes melitus tidak rutin minum obat. Mereka kebanyakan berusia lebih dari 50 tahun atau kelompok lansia dan pralansia. Usia produktif atau usia di bawah 40 tahun juga ada yang mengalami hipertensi dan diabetes melitus.

Setyowati mengatakan pemerintah menjalankan program Cerdik untuk menjauhkan warga dari penyakit tidak menular dengan perilaku hidup sehat, antara lain cek kesehatan berkala, enyahkan asap rokok, rajin berolahraga, diet sehat, istirahat cukup, dan mengelola stres.

Adapun Indonesia menempati posisi kelima dunia dengan jumlah penduduk terbanyak yang menderita diabetes. Pemerintah didorong untuk memiliki program preventif terkait diabetes supaya jumlah penderitanya turun.

“Indonesia saat ini menempati urutan ke lima dengan jumlah penderita diabetes terbanyak. Jadi deteksi dini harus dilakukan saat usia muda terutama yang punya faktor risiko. Misalkan terutama yang keluarganya terkena diabetes,” kata salah satu anggota Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) Cabang Solo Ega Caesaria saat dihubungi Solopos.com, Minggu (26/11/2023) siang.

Menurut Ega, diabetes tidak hanya dialami orang lansia, namun bisa dialami anak muda. Orang yang memiliki faktor risiko diabetes, antara lain mengalami obesitas, punya komorbid seperti hipertensi, dan memiliki sindrom polikistik ovarium.

“Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan memiliki program Prolanis atau Program Pengelolaan Penyakit Kronis untuk screening jika ada faktor risiko atau gejala biasanya dengan BPJS,” ujar dia.

Selain program pengobatan, Ega mengatakan pemerintah perlu mendorong program pencegahan diabetes, antara lain melakukan senam, edukasi masyarakat, dan deteksi dini supaya resiko komplikasi bagi orang yang terlambat terdeteksi bisa ditekan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya