Soloraya
Rabu, 14 September 2022 - 17:25 WIB

Hore! Warga Ngadirojo Wonogiri Panen Petai, Harganya Rp2.000/Lonjor

Luthfi Shobri Marzuqi  /  Ponco Suseno  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga Dusun Blimbing, Desa Ngadirojo Kidul, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri, Sutimin, menunjukkan pohon petai yang ditanam di halaman depan rumahnya, Rabu (14/9/2022). (Solopos.com/Luthfi Shobri M.)

Solopos.com, WONOGIRI — Sejumlah tanaman petai di Kabupaten Wonogiri memasuki masa panen belum lama ini. Salah satu daerah yang kini tengah memanen berada di Dusun Blimbing, Desa Ngadirojo Kidul, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri.

Warga Dusun Blimbing, Desa Ngadirojo Kidul, Sutimin, memiliki dua pohon petai yang ditanam di halaman depan rumahnya. Satu pohon di antaranya telah berbuah dan dipanen sejak, Agustus 2022.

Advertisement

“Mulai berbunga sekitar Mei 2022. Tapi jadi buahnya baru tiga bulan kemudian. Saya petik dan jual sendiri karena panennya cuman sedikit. Sekitar 350 batang [lonjor],” ucap Sutimin kepada Solopos.com, Rabu (14/9/2022).

Hasil panen petai itu ia jual ke warga sekitar tempat tinggalnya dan pedagang di Pasar Ngadirojo. Setiap lonjor petai, dijual senilai Rp2.000.

Advertisement

Hasil panen petai itu ia jual ke warga sekitar tempat tinggalnya dan pedagang di Pasar Ngadirojo. Setiap lonjor petai, dijual senilai Rp2.000.

“Selama sekali panen kemarin ini, kurang lebih saya mendapat Rp700.000,” imbuhnya.

Jumlah panen itu lebih sedikit dibanding hasil panen pada tahun sebelumnya. Di tahun 2021, dia mampu memperoleh untung Rp2,6 juta.

Advertisement

Menurutnya curah hujan yang tinggi mengakibatkan hasil panen yang minim. Hal itu menyebabkan pohon petai yang sudah berbunga menjadi rontok.

“Akhirnya, pohon petai gagal berbuah,” katanya.

Erna, warga Dusung Blimbing lainnya juga mengaku memiliki satu pohon petai. Pohon itu telah berbuah sejak pertengahan Agustus 2022. Namun, musim panen petai di daerahnya sebenarnya tak melulu terjadi, Agustus-September.

Advertisement

“Bisa saja bulan ini [September] enggak panen, pohon petai milik orang lain panen. Dalam setahun juga enggak pasti sekali panen. Kadang bisa dua atau tiga kali,” imbuhnya.

Meski telah memasuki masa panen, pohon petai milik Erna yang sudah berbuah tak dijual. Petai yang sudah siap dipanen itu biasanya dibagi-bagikan kepada tetangga.

“Saya enggak pernah nebas atau menjual. Biasanya, ya untuk konsumsi sendiri dan dibagi-bagi ke tetangga. Memang, niat awal menanam pohon petai ini bukan untuk bisnis,” kata dia.

Advertisement

Hal senada diungkapkan Kepala Bidang (Kabid) Produksi Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan Pangan) Wonogiri, Ridwan Jauhari. Tanaman petai di Wonogiri bukan menjadi komoditas unggulan.

“Enggak ada petani yang khusus menanam petai di Wonogiri. Biasanya, petai itu ditanam di pekarangan-pekarangan rumah warga. Di samping itu, peminatnya juga sedikit,” kata Ridwan, Senin (12/9/2022).

Berdasar data yang dihimpun dari Dispertan Pangan Wonogiri, jumlah tanaman petai mencapai 200.708 pohon saat memasuki akhir triwulan II 2022. Jumlah petai sebanyak itu tak selalu bisa dipanen setiap tahun.

“Misalnya, petai di Ngadirojo tahun 2021 mencapai 1.500 pohon. Dari jumlah itu, tanaman yang produktif hanya 1.000 pohon,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif