Solopos.com, SRAGEN — Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi (PE) di lingkungan Desa Pilangsari, Kecamatan Ngrampal, Sragen, ternyata angka house index (HI) di sana tinggi, yakni 10%. Dengan HI yang tinggi tersebut berisiko tinggi terhadap penularan kasus demam berdarah dengue (DBD).
HI merupakan indikator yang digunakan World Health Organization (WHO) untuk memantau tingkat investasi nyamuk. HI adalah persentase temuan jentik pada pemeriksaan 100 rumah di lingkungan yang terdapat kasus DBD. Kondisi lingkungan normal dan dapat dilakukan pencegahan penularan DBD bila angka HI-nya 5% ke bawah.
Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal
Sejak awal tahun hingga Kamis (1/2/2024), Dinas Kesehatan (Dinkes) Sragen mencatat ada sedikitnya 36 kasus DBD dari total 273 kasus demam. Meninggalnya pasien anak berusia 12 tahun di Pilangsari yang juga siswa Ponpes Walisongo Karangmalang, Sragen, merupakan kasus kematian kedua akibat DBD.
Anak 12 tahun itu merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Rina Widodo dan Erna Sutanti. Keluarga masih berkabung atas meninggalnya anak laki-laki yang diketahui bernama Sholiqul Evan Indastra itu. Warga masih berdatangan untuk ikut berkabung dan menenangkan keluarga.
Ditemui Solopos.com di rumah duka, Kamis (1/2/2024), Rina Widodo menjelaskan anaknya mulai demam pada Jumat (26/1/2024) kemudian pada Sabtu (27/1/2024) pagi dibawa ke bidan. Kemudian pada Minggu (28/1/2024) dibawa ke dokter dan diminta dibawa ke rumah sakit. Pada hari itu juga, Rina membawa anaknya ke RS di Sragen.
“Hasil laboratorium awal bagus. Begitu hari kedua tiba-tiba drop dan langsung dirujuk ke Solo. Pada Rabu [31/1/2024] pukul 12.15 WIB, anak saya meninggal dunia. Mungkin itu DBD kronis karena demamnya mendadak,” katanya.
Rina menerangkan kalau ada anak tetangga sebelah yang lebih dulu demam dan juga masuk ke RS. Rumahnya di sebelah barat rumah Rina yang selang satu rumah. Dia mengantisipasi dengan meningkatkan bersih-bersih lingkungan.
Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinkes Sragen, Sri Subekti, menyampaikan PE dilakukan di lingkungan rumah korban dan lingkungan sekolah korban. Di Pilangsari memang masih ada kawasan yang agak kumuh dan banyak kebun kosong sehingga perlu kerja bakti bersih-bersih lingkungan.
“Jadi selokan juga ada yang pampat. Jangan sampai telat diagnosa dan telat merujuk saat menangani kasus DBD. Pada kasus yang pertama di Sigit, Tangen penanganannya sudah masuk rencana fogging kedua yang dilakukan pada Sabtu (3/2/2024).
Berikut data kasus DBD dan DD di Kabupaten Sragen Januari 2024
Puskesmas Kasus DD Kasus DBD
Kalijambe 8 kasus 0 kasus
Plupuh 1 17 kasus 3 kasus
Plupuh 2 7 kasus 1 kasus
Masaran 1 10 kasus 2 kasus
Masaran 2 2 kasus 0 kasus
Kedawung 1 7 kasus 1 kasus
Kedawung 2 1 kasus 0 kasus
Sambirejo 3 kasus 1 kasus
Gondang 2 kasus 1 kasus
Sambungmacan 1 3 kasus 0 kasus
Sambungmacan 2 3 kasus 0 kasus
Ngrampal 7 kasus 2 kasus
Karangmalang 2 kasus 0 kasus
Sragen kota 5 kasus 3 kasus
Sidoharjo 5 kasus 0 kasus
Tanon 1 3 kasus 0 kasus
Tanon 2 13 kasus 2 kasus
Gemolong 9 kasus 1 kasus
Miri 4 kasus 0 kasus
Sumberlawang 52 kasus 8 kasus
Mondokan 38 kasus 5 kasus
Sukodono 13 kasus 2 kasus
Gesi 2 kasus 2 kasus
Tangen 18 kasus 2 kasus
Jenar 3 kasus 0 kasus
Total 237 kasus 36 kasus