SOLOPOS.COM - Pekerja genting, Amir, menata genting setengah jadi di Dukuh Sidorejo, Desa Grogol, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo, Selasa (23/1/2018). (Trianto Hery Suryono/JIBI/SOLOPOS)

Produksi genting di Grogol, Weru, Sukoharjo, turun 40%.

Solopos.com, SUKOHARJO—Intensitas hujan yang tinggi berdampak menurunkan produksi genting tanah di Dukuh Sidorejo, Desa Grogol, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo. Penurunan produksi akibat musim penghujan mencapai 40% dari produksi 10.000 biji per hari.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Kehidupan warga Dukuh Sidorejo bergantung kepada pembuatan genting berbahan tanah. Genting cetakan sini [Sidorejo] sudah dikenal banyak orang. Produk genting ada dua jenis yaitu mantili dan genting biasa tetapi jenis mantili digemari konsumen. Akibat hujan belakangan ini, ya mempengaruhi produksi dan turun hingga 40%. Sekali produksi bisa 10.000 biji,” ujar Kepala Desa Grogol, Heri Putut, Selasa (23/1/2018). (baca: Berpenghasilan Besar, 10 Pelaku Usaha Sukoharjo Tak Taat Bayar Pajak)

Putut menyatakan penurunan produksi akibat tak adanya sinar matahari. Padahal perajin genting di daerahnya bergantung kepada panas matahari untuk mengeringkan produksi genting cetakan.

“Belum ada mesin pengering genting sehingga pengeringan masih manual menggunakan sinar matahari. Produk genting warga Grogol berupa genting pres. Harga per 1.000 genting senilai Rp1,2 juta. Produknya genting di sini laku ke beberapa kota besar,” imbuhnya.

Lebih lanjut Putut bercerita, bahan baku tanah diambil dari Klaten dan Bendosari, Sukoharjo. Sedangkan bahan bakar kayu dari Gunungkidul.

Pekerja genting, Amir, warga Cawas, Kabupaten Klaten, menegaskan produk gentingnya tidak terpengaruh dengan munculnya produk genting baru. Dalam sehari ia mampu memproduksi 1.200 biji dengan dua cetakan pres sedangkan kapasitas tobong sejumlah 14.000 biji.

“Saat pembakaran, tobong diisi dengan genting dari beberapa pengrajin yang sudah siap dibakar sehingga tidak hanya satu perajin,” katanya.

Diakuinya musim penghujan membuatnya dan teman-teman pengrajin genting susah karena tidak ada sinar matahari untuk mengeringkan genting buatannya.

“Pengeringan genting masih tergantung kepada cuaca. Bahan baku tanah dari Bayat, Klaten dan Mulur, Bendosari. Hanya per rit atau delapan meter kubik senilai Rp600.000, sedangkan jika menggunakan kendaraan colt T [jenis mobil] sekali angkut senilai Rp300.000,” paparnya

Warga RT 001 RW 005, Dukuh Sidorejo, Desa Grogol, Ratmo, mengatakan permintaan pasar besar sehingga produksi genting pengrajin Grogol belum mampu mencukupinya.

“Sekarang banyak yang inden atau pesan awal untuk mendapatkan genting mantili di sini [Sidorejo]. Apalagi musim penghujan seperti sekarang membuat produksi genting menurun karena tidak kering-kering,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya