SOLOPOS.COM - Ratusan pecinta alam dari Jateng, DIY, Jatim, Jabar dan DKI Jakarta melakukan upacara bendera di Telogo Kuning (sebelah barat puncak gunung Lawu) Sabtu (17/8/2013). (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/Solopos)

Ratusan pecinta alam dari Jateng, DIY, Jatim, Jabar dan DKI Jakarta melakukan upacara bendera di Telogo Kuning (sebelah barat puncak gunung Lawu) Sabtu (17/8/2013). (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/Solopos)

Ratusan pecinta alam dari Jateng, DIY, Jatim, Jabar dan DKI Jakarta melakukan upacara bendera di Telogo Kuning (sebelah barat puncak gunung Lawu) Sabtu (17/8/2013). (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/Solopos)

Solopos.com, KARANGANYAR — Lantunan lagu Indonesia Raya tersebut terasa begitu merasuk ke relung jiwa. Syair demi syair yang dilantunkan bersamaan dengan pengibaran bendera pusaka Merah Putih itu terasa begitu bermakna.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Semilir angin yang berbunyi riuh rendah membuat bulu roma  berdiri dan menyalurkan hawa dingin. Bau rumput kering memenuhi lokasi yang dijadikan tempat Upacara peringatan Kemerdekaan ke-68 Republik Indonesia. Di sekitar telaga itu, rimbunan vegetasi gunung seperti bunga edellweis dan tanaman cantigi memenuhi area perbukitan tersebut. Semarak kemerdekaan berbalut nasionalisme itu berhias langit biru yang menawan.

Sabtu (17/8/2013) pukul 09.00 WIB itu, ratusan orang pendaki yang membentuk barisan rapi itu melantunkan lagu kebangsaan tersebut di Telaga Kuning, Puncak Gunung Lawu, Hargo Dumilah. Dengan mengenakan kostum bebas, mereka terlihat khidmat dan meresapi tiap sesi jalannya upacara peringatan Kemerdekaan itu.

Di tengah-tengah barisan tersebut. Sebuah tiang bendera yang ditegakkan dikelilingi oleh ratusan bendera kain merah putih ukuran mini. Di belakang barisan itu, ratusan bendera lainnya dipasang sejajar menjadi back ground barisan.

“Pengibaran 1.000 bendera ini untuk memeriahkan HUT ke-68 RI dan mendongkrak jiwa nasionalisme para pemuda,” terang Sekretaris organisasi peduli Anak Gunung Lawu (AGL), Nur Rizki yang kali itu didaulat menjadi pembina upacara.

Acara Kibar 1.000 Bendera di Puncak Lawu tersebut terdiri atas upacara bendera, kegiatan bersih gunung Lawu dan pelepasan burung. Mayoritas, sejumlah peserta dari wilayah Soloraya, Madiun, Semarang dan Surabaya yang mengikuti upacara itu memiliki tujuan utama puncak Lawu dan mengikuti upacara.

“Saya sering naik ke Lawu terutama saat ada acara khusus. Kegiatan bersih gunung seperti ini harus sering dilakukan mengingat banyaknya sampah yang dibuang ke Lawu,” jelas salah satu pendaki yang mengikuti upacara, Agus Susanto, kepada Solopos.com.

Acara itu melibatkan sejumah wartawan berbagai media di Solo termasuk Solopos.com. Sebelum mencapai puncak Lawu, perjalanan panjang ditempuh panitia dari AGL dan Cosmeed beserta belasan awak media. Perjalanan dimulai Jumat pukul 19.00 WIB dan tiba di puncak Lawu pada Sabtu pukul 07.00 WIB.

Jalur yang menanjak dan berliku menjadi sajian khusus dalam perjalanan yang diterangi sinar dari senter itu. Rasa dingin dan tetesan peluh bercampur menjadi satu diiringi canda tawa untuk melepas lelah. Meski diselangi berkali-kali istirahat, sejumlah rombongan yang dikawal AGL tiba di puncak saat matahari sudah menampakkan seluruh wajahnya. Suasana puncak Lawu terlihat lebih ramai dipenuhi ratusan pendaki dari berbagai kota.

Sebelumnya, 120 burung jenis Cucak Jawa dan Kutilang dilepas di pos induk pendakian Cemoro Kandang, Jumat (16/8/2013) pukul 10.00 WIB. Hal itu menyusul berkurangnya jumlah populasi burung di Gunung Lawu sejak beberapa tahun terakhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya