SOLOPOS.COM - Walikota Solo Ir H Joko Widodo (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Hari ini Kota Solo tepat berusia 267 tahun. Pasang surut perkembangan kota telah dialami Solo sepanjang perjalanan sejarahnya hingga berwujud seperti sekarang. Seperti apa visi pertumbuhan bagi kota budaya ini? Berikut pemaparan dari Walikota Solo, H Joko Widodo yang disampaikan khusus bagi Jaringan Informasi Bisnis Indonesia-SOLOPOS.

Walikota Solo Ir H Joko Widodo (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Seiring dengan perkembangan zaman, hal yang tak terelakkan, Solo di masa depan akan tumbuh menjadi sebuah kota raya (metropolis). Namun kita akan berupaya keras agar kota ini tetap menjadi sebuah kota yang berkepribadian, berkarakter, beridentitas, berjati diri sebagai Kota Budaya.

Apa yang telah terjadi di masa lalu sudah semestinya memberi spirit untuk membuat Solo agar menjadi sebuah kota yang aman dan nyaman ditempati, serta mampu menyejahterakan warganya. Solo harus dijadikan sebagai kota yang humanis dengan sistem pembangunan kota yang berkelanjutan agar mampu memenuhi kebutuhan warga masyarakat pada saat ini dengan menciptakan keseimbangan lingkungan, sosial dan ekonomi, namun tidak mengabaikan kebutuhan generasi yang akan datang.
Solo yang humanis dimaknai sebagai upaya untuk mewujudkan masyarakat kota sesuai dengan fungsinya, sosial dan budayanya. Atau dalam terminologi Jawa disebut sebagai nguwongke uwong.

Beberapa program yang dirancang untuk mewujudkan hal tersebut di antaranya adalah pengembangan ruang publik untuk memberikan kesempatan masyarakat kota berinteraksi dan mengekspresikan karya seni dan budaya, melestarikan lingkungan hidup, memberikan ruang bagi anak untuk tumbuh kembang melalui program Kota Layak Anak (KLA), memberikan kebutuhan dasar masyarakat seperti lingkungan sehat perumahan (rumah susun, pemugaran rumah tak layak huni) dan air bersih serta memberikan pelayanan kesehatan dan pendidikan melalui program PKMS, BPMKS.

Memperkuat Kebersamaan
Sebagai landasan utama mencapai kota humanis, Pemerintah Kota Solo dari waktu ke waktu terus memperkuat konstruksi bangunan kebersamaan antar elemen masyarakat, menjalin toleransi antar umat beragama, kerukunan antar etnis, berdialog intensif dengan kelompok-kelompok dari berbagai paham maupun ideologi politik. Semua dirangkul, diberi akses, diberi kesempatan dan ruang yang sama untuk berkontribusi memajukan kota.

Dengan demikian tumbuh rasa memiliki yang besar terhadap kota ini sehingga tercapai harmoni kehidupan sosial yang menyejukkan. Situasi yang demikian merupakan syarat utama untuk membangun kota dan menggerakkan roda perekonomian kota.

Bergeraknya ekonomi kota akan berimbas pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan pencapaian kondisi keamanan yang kondusif, Solo kini telah dikenal sebagai kota ramah investasi. Sektor bisnis yang diperkirakan akan menyumbang nilai investasi cukup besar di antaranya sektor jasa perhotelan dan perdagangan.

Sementara itu, pengembangan ekonomi kerakyatan yang mandiri tetap akan terus menjadi prioritas. Selain melibatkan jumlah pelaku yang sangat banyak, ekonomi kerakyatan di Solo telah terbukti memberikan kontribusi lebih besar bagi perekonomian daerah ketimbang pemodal besar. Pendapatan daerah dari pasar tradisional misalnya, telah meningkat sangat signifikan dari Rp7,8 miliar (2006) menjadi Rp19,2 miliar (2011), sementara dari pasar modern hanya mendapat pemasukan dari IMB. Peningkatan pendapatan tersebut dicapai setelah Pemkot melakukan revitalisasi terhadap sejumlah pasar tradisional. Namun supaya tercipta ruang usaha yang seimbang antara UKM dan pengusaha besar Pemkot tetap mengembangkan sinergitas antara pasar tradisional dan pasar modern.

Transportasi Publik
Untuk mewujudkan diri sebagai kota humanis, penyediaan transportasi yang baik kepada masyarakat juga menjadi perhatian. Ketiadaan sistem transportasi publik yang layak akan membuat jalan-jalan di Solo penuh sesak dengan kendaraan pribadi yang berujung pada kemacetan. Saat ini fenomena tersebut sudah mulai terlihat di beberapa ruas jalan. Pembuatan dan pelebaran jalan baru tak akan menyelesaikan masalah, bahkan bisa jadi melahirkan masalah baru.

Konsep yang dikembangkan dalam sistem transportasi Kota Solo adalah pergerakan warga bukan kendaraan. Kota Solo telah memiliki fasilitas sistem transportasi humanis yang cukup lengkap, yaitu ruang untuk kendaraan nonmotor, fasilitas pejalan kaki (pedestrian) dan transportasi massal. Meski saat ini masih dihadang sejumlah kendala dan sedang terus diupayakan pemecahan terbaik, Batik Solo Trans (BST), Railbus Batara Krisna dan Sepur Kluthuk Jaladara akan menjadi moda transportasi masa depan andalan Kota Solo, yang bisa juga menjangkau kota-kota sekitarnya.

Di bagian lain, Kota Solo telah mengalami kemajuan berarti untuk terintegrasikannya sarana transportasi umum dengan tiga moda, yaitu BST, Kereta Api Prambanan Ekspress (Prameks) dan Trans Jogja.

Saat ini sedang digodok penggunaan sepeda sebagai sarana transportasi pengumpan (feeder) angkutan perkotaan dan wisata. Sepeda sebagai angkutan feeder diharapkan dapat mengisi kekosongan perjalanan jarak pendek antar simpul angkutan. Nantinya di tempat-tempat publik seperti terminal, stasiun, pasar, halte BST, dan sebagainya disiapkan selter sebagai tempat sepeda yang dilengkapi bicycle stand lock. Di salah satu halte ini masyarakat bisa meminjam sepeda yang ada di sana untuk menuju halte lainnya.

Inilah proses mewujudkan masyarakat kota sesuai dengan fungsi sosial dan budayanya nguwongke uwong.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya